WAHANANEWS.CO, Jakarta - Cedera bisa menimpa siapa saja, terutama mereka yang aktif berolahraga sejak usia muda.
Kelompok usia 10–19 tahun tergolong rentan mengalami cedera, sehingga penanganan yang cepat dan tepat sangat penting dilakukan sejak awal.
Baca Juga:
Seorang Pelajar Dusun 18 Jadi Korban Pembacokan Begal di Hamparan Perak
Cedera akibat olahraga umum terjadi pada anak-anak dan dewasa muda.
Berdasarkan data dari Stanford Children’s Health, lebih dari 3,5 juta anak dan remaja setiap tahun mengalami cedera karena kegiatan olahraga terorganisir atau aktivitas fisik.
Bahkan, sepertiga dari seluruh kasus cedera anak berkaitan langsung dengan olahraga.
Baca Juga:
Tragis! Remaja 11 Tahun Tenggelam di Pantai Sayang Heulang, Ditemukan Meninggal
Jenis cedera yang paling sering ditemukan adalah keseleo (terkilir) dan ketegangan otot atau tendon.
Olahraga kontak seperti sepak bola dan basket memiliki risiko cedera yang lebih tinggi dibandingkan olahraga nonkontak seperti renang dan lari.
Sebuah studi pada 2016 menunjukkan bahwa sekitar 8,6 juta anak dan remaja berusia 5–24 tahun mengalami cedera olahraga tiap tahun di Amerika Serikat, dengan lebih dari setengah kasus dialami oleh laki-laki.
Bagian tubuh yang paling sering terdampak adalah tubuh bagian bawah (42%), disusul oleh anggota tubuh bagian atas (30,3%), serta cedera kepala dan leher (16,4%).
Meskipun kematian akibat cedera olahraga tergolong langka, cedera kepala menjadi penyebab utama jika hal itu terjadi.
Menurut dr. L. Grace Tumbelaka, Sp.KO., Subsp. ALK (K), dampak cedera jangka panjang dapat sangat merugikan karier atlet.
“Jika tidak ditangani dengan benar sejak remaja, cedera bisa menyebabkan burnout bahkan membuat atlet berhenti,” ungkapnya dalam acara pembukaan Siloam Sports Medicine & Performance Center, Kamis (13/03/2025).
Proses pemulihan sangat bergantung pada jenis dan tingkat keparahan cedera, serta metode penanganannya. Penanganan yang tidak optimal dapat memperlambat pemulihan.
“Untuk mencapai pemulihan sesuai target waktu, diperlukan penanganan yang komprehensif,” tambah dr. Grace.
Siloam Mampang menyediakan fasilitas medis canggih guna mendukung pemulihan optimal.
Layanan seperti MRI, ruang operasi berstandar internasional, serta empat teknologi mutakhir disediakan untuk menangani cedera secara menyeluruh.
Empat teknologi tersebut mencakup:
1. Cardiopulmonary Exercise Testing (CPET): Mengevaluasi fungsi jantung dan paru-paru saat aktivitas fisik.
2. AI-Based Motion Analysis: Menganalisis pola gerakan guna meningkatkan performa sekaligus mencegah cedera.
3. Cryotherapy & ESWT (Extracorporeal Shock Wave Therapy): Menggunakan suhu rendah dan gelombang kejut untuk meredakan nyeri dan mempercepat penyembuhan jaringan.
4. Stem Cells Treatment: Terapi regeneratif menggunakan sel punca untuk memperbaiki jaringan yang rusak akibat cedera atau proses degeneratif.
"Teknologi mutakhir yang dipadukan dengan pendekatan medis berbasis bukti memungkinkan kami tidak hanya membantu pasien pulih, tapi juga meningkatkan performa mereka agar lebih siap menghadapi tantangan olahraga," jelas Prof. DR. dr. Andri Maruli Tua Lubis, Sp.OT(K), spesialis bedah ortopedi dan traumatologi.
Cedera olahraga memiliki beragam jenis dengan gejala serta komplikasi yang berbeda, antara lain:
- Terkilir: Cedera ligamen akibat peregangan atau robekan.
- Tegang: Cedera otot atau tendon karena regangan berlebihan.
- Cedera lutut: Mulai dari peregangan hingga robekan pada otot atau jaringan sendi lutut.
- Otot bengkak: Reaksi tubuh terhadap cedera yang memicu nyeri dan kelemahan.
- Pecahnya tendon Achilles: Putusnya tendon di pergelangan kaki yang menyebabkan nyeri parah dan kesulitan berjalan.
- Fraktur (patah tulang): Retakan atau patahan tulang akibat benturan keras.
- Dislokasi: Perpindahan posisi tulang dari soketnya yang menimbulkan nyeri dan pembengkakan.
- Cedera rotator cuff: Robekan otot bahu yang menyebabkan kelemahan dan keterbatasan gerak.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]