WahanaNews.co | Aktor senior di bidang akting Bruce Willis dikabarkan mengidap Demensia Frontotemporal (FTD).
FTD merupakan kondisi di mana lobus alias cuping otak rusak. dari dunia akting pada Maret 2022. Dia didiagnos mengidap Demensia frontotemporal (FTD), sebuah kondisi di mana lobus alias cuping otak rusak.
Baca Juga:
Polisi Periksa 3 Saksi dan Pelapor Terkait Kasus Dugaan Penggelapan Suami BCL
Kabar penyakit aktor yang pensiun dari dunia akting pada Maret 2022 ini diumumkan keluarga sang aktor yang diwakili istrinya, Emma Heming dan sang mantan istri, Demi Moore, melalui situs Association for Frontotemporal Degeneration, pada 16 Februari 2023.
“Meski diagnosa itu menyakitkan, namun kami lega karena akhirnya ada diagnosa yang jelas tentang kondisi Bruce. FTD adalah penyakit mengerikan yang mungkin jarang kita dengar,” ujar keluarga dalam pernyataan resmi tersebut dikutip dari Page Six, Jumat (17/2/2023).
Bagi orang-orang di bawah usia 60 tahun, FTD merupakan bentuk demensia yang paling umum terjadi. Diagnosa tersebut seringkali baru ditemukan setelah pasien bertahun-tahun mengidapnya.
Baca Juga:
Jessica Iskandar Jalani Program Bayi Tabung untuk Kehamilan Ketiganya
Ironisnya, menurut Demi dan Emma, belum ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
Sehingga keluarga berharap, akan ada banyak penelitian untuk mengembangkan metode pengobatan FTD di masa depan.
Bruce Willis awalnya didiagnosa mengidap afasia yang membuatnya sulit untuk berbicara, menulis, dan memahami bahasa, baik verbal maupun tertulis.
Meski begitu, sang aktor tetap terlihat menikmati hidupnya dikelilingi keluarga dan sahabat.
Setelah diagnosa itu, Emma Heming sang istri sempat curhat tentang pergumulannya menemani Willis dalam melawan penyakitnya.
“Aku berusaha berdamai dengan kondisi ini,” ujarnya dalam unggahan pada 30 Agustus 2022.
Penyebab Demensia Frontotemporal
Demensia frontotemporal disebabkan oleh gumpalan protein abnormal yang terbentuk di dalam sel otak. Ini dianggap merusak sel dan menghentikannya bekerja dengan baik.
Protein tersebut menumpuk di lobus frontal dan temporal otak di bagian depan dan samping. Bagian otak yang berfungsi mengendalikan bahasa, perilaku, dan kemampuan untuk merencanakan dan mengatur.
Tidak sepenuhnya dipahami mengapa hal ini terjadi, tetapi seringkali ada kaitan genetik. Sekitar 1 dari 8 orang yang mengalami demensia frontotemporal akan memiliki kerabat yang juga terkena kondisi tersebut.
Orang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat demensia frontotemporal disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter sedini mungkin.
Dengan tujuan, mengecek ada atau tidaknya risiko kondisi serupa. [Tio]