WahanaNews.co | Menghela napas ternyata dapat membantu melegakan emosional dan melepaskan emosi yang terpendam atau katarsis. Demikian ungkap sebuah penelitian.
Menurut temuan peneliti dari Universitas Stanford, jenis pernapasan tertentu berefek pada suasana hati dan keadaan emosi.
Baca Juga:
Prilly Latuconsina Angkat Isu Kesehatan Mental Lewat Film 'Bolehkah Sekali Saja Kumenangis'
Penelitian ini melibatkan lebih dari 100 peserta yang dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok masing-masing diberi tugas untuk melakukan intervensi selama lima menit.
Percobaan ini dilakukan setiap hari selama sebulan dengan penekanan pada pernapasan.
Diantaranya desahan siklik yang menekankan embusan napas, hiperventilasi siklik yang menekankan pada tarikan napas, pernapasan kotak yang melibatkan tarikan dan embusan dengan panjang yang sama, dan meditasi mindfulness yang melibatkan pengamatan pernapasan pasif tanpa kendali aktif.
Baca Juga:
Waspadai Orang Manipulatif, Kenali Tanda dan Trik Manipulator di Sekitar Kita
Dari empat kelompok peserta, semua mengalami peningkatan positif harian, termasuk pengurangan kecemasan dan pengaruh negatif.
Namun, kelompok yang mendesah siklik, menunjukkan peningkatan besar dalam suasana hati dan keadaan lebih tenang yang ditandai penurunan laju pernapasan.
Menurut salah satu peneliti, psikiater David Spiegel, MD., direktur Pusat Stres dan Kesehatan di Stanford School of Medicine, menghela napas atau desahan siklik ketika dilakukan akan mengurangi darah yang kembali ke jantung saat menarik napas.
Ini menyebabkan respons cepat dan ketika mengembuskan napas, darah kembali meningkat ke jantung, saraf vagus distimulasi, dan aktivitas parasimpatis memperlambat detak jantung.
Desahan siklik pada dasarnya adalah bentuk pernapasan panjang saat mengembuskan napas. Ibarat kata, ini adalah peretasan untuk mengembalikan parasimpatis lebih tenang dan sebagai hasilnya, menghilangkan stres.
Gaya pernapasan ini, menurut ahli pernapasan Zee Clarke dilansir Well+Good, Kamis, 27 Juli, adalah prinsip dasar pranayama. Pranayama merujuk pada pernapasan yoga yang sebelumnya telah terbukti mengurangi stres.
Peneliti tidak secara khusus mempelajar mengapa desahan siklik sangat efektif. Tetapi melakukan selama lima menit sehari, menurut dokter Spiegel, efektif menghilangkan stres, mengatur suasana hati, dan menyatukan kembali pikiran serta tubuh.
“Yang sangat menarik tentang pernapasan adalah bahwa hal itu tepat pada inti kontrol fisiologis otomatis versus kontrol fisiologis yang diarahkan secara mental,” ujar Dr. Spiegel.
Maksudnya, ketika Anda tidak berpikir tentang bernapas kemudian mengubahnya dan mengambil kendali atas proses fisiologis ini, maka secara otomatis memperluas kendali Anda atas pikiran dan tubuh.
Dengan kata lain, desahan siklik atau menghela napas bermanfaat untuk kembali merasakan diri karena embusan napas panjang Anda mulai mengaktifkan sistem saraf parasimpatis.
[Redaktur: Zahara Sitio]