WahanaNews.co | Virus Marburg tengah mewabah di negara-negara Afrika seperti Angola, Guinea Ekuatorial, dan Kamerun.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun menyoroti perkembangan virus ini.
Baca Juga:
3 Negara Ini Masuk Daftar Wisata Luar Negeri dengan Risiko Tinggi di 2025
Di Guinea Ekuatorial, pada awal pekan ini melaporkan wabah virus Marburg di negaranya kepada WHO.
Setelah sudah ada 9 angka kasus kematian akibat infeksi virus yang disebut-sebut mematikan dan mirip dengan Ebola tersebut, karena Marburg dan Ebola adalah anggota keluarga dari Filoviridae (filovirus).
Penyakit virus Marburg, Marburg Virus Disease (MVD) yang sebelumnya dikenal sebagai demam berdarah Marburg, disebut sebagai penyakit yang parah dan seringkali mengakibatkan dampak fatal pada manusia.
Baca Juga:
Kantor Pertanahan Jakarta Barat Terima Kunjungan Studi Delegasi dari 2 Negara Afrika
Saat terinfeksi virus yang dimulainya secara tiba-tiba tersebut, seseorang yang terinfeksi akan mulai mengalami demam tinggi dan sakit kepala parah, disertai dengan nyeri otot dan nyeri tubuh.
Baru kemudian biasanya dimulai di hari ketiga, pasien akan mengalami diare parah, sakit perut dan kram, mual dan muntah.
Mengutip English Arabiya pada Jumat (17/2/2023) dalam kasus infeksi virus Marburg yang fatal, kematian paling sering terjadi antara 8 dan 9 hari setelah timbulnya gejala pada pasien, biasanya diawali dengan kehilangan darah yang parah dan pasien mengalami syok.
Virus Marburg patut menjadi perhatian seluruh elemen masyarakat, karena tingkat kematian alias fatalitas persentase rata-rata dari infeksi virus Marburg ini mencapai sekitar 50 persen.
Tingkat kematian kasus pun, disebutkan lebih lajut bisa bervariasi dari 24 persen menjadi 88 persen pada wabah sebelumnya. Hal ini tergantung pada jenis virus dan manajemen penanganan kasus.
Semakin mengkhawatirkan, karena diketahui sampai saat ini belum ada pengobatan resmi untuk virus Marburg.
Meski serangkaian produk darah, terapi imun, dan terapi obat diketahui saat ini sedang terus dikembangkan. [Tio]