WahanaNews.co | Belakangan ini, varian Covid-19 yang paling dominan di negara-negara di seluruh dunia adalah Omicron. Namun, Omicron terus bermutasi dan memunculkan 'keturunan baru' dalam beberapa bulan terakhir.
Salah satunya bernama BA.2.75, yang punya nama lain Centaurus.
Baca Juga:
Dunia Cemaskan Gelombang Baru Covid-19 di China
Centaurus diperkirakan menyebar pada tingkat yang lebih cepat daripada kerabat Omicron varian terdahulu. Tak cuma itu, subvarian ini juga mampu menginfeksi seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan menurunkan respons antibodi.
WHO belum menetapkan BA.2.75 sebagai variant of concern, meskipun pemantauan secara global terus dilakukan. Sementara itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) menetapkan Centaurus sebagai "varian dalam pemantauan" pada 7 Juli 2022 karena telah terdeteksi di negara-negara Eropa termasuk Inggris dan Jerman.
Subvarian ini pertama kali dideteksi di India, lalu menyebar ke negara-negara di Asia lainnya, dan juga Eropa, Amerika Utara serta Australia.
Baca Juga:
Varian Baru XE Disebut 'Incar' Orang yang Belum Pernah Kena Covid-19
Para ahli khawatir Centaurus dapat memunculkan gelombang Covid baru di seluruh dunia. Ini karena BA.2.75 mampu menerobos kekebalan, baik yang didapatkan dari vaksin maupun antibodi alami dari infeksi Covid sebelumnya.
"Kami melihat varian baru ini menggantikan semua varian yang sebelumnya kami anggap sangat menular, namun kami tidak tahu persis mengapa varian ini menjadi begitu dominan," ujar Dr Eleanor Gaunt, ahli virologi di University of Edinburgh, dikutip dari Euronews Next.
Dia mengatakan BA.2.75 bisa menerobos kekebalan tubuh yang telah terbentuk sebelumnya, baik karena vaksin maupun karena antibodi alami dari Covid.
Adapun gejala Centaurus mirip dengan gejala Omicron pada umumnya, seperti batuk, kelelahan, dan hidung meler.
"Gejalanya mungkin jauh, jauh, jauh lebih ringan, terutama untuk orang yang sudah divaksinasi," kata Jasmine Plummer, asisten profesor di Cedars Sinai Medical Center, seperti dikutip dari Health.
"Jadi gejalanya lebih seperti versi ringan, menurut saya, dari Covidmasa lalu."
Namun, sejumlah ahli mengatakan masih terlalu dini untuk membuat prediksi soal gelombang baru yang disebabkan BA.2.75. [rin]