WAHANANEWS.CO, Jakarta – Pusat Studi Herbal Medik dan Biodiversitas Universitas Kristen Indonesia (PSHMB UKI) Jakarta sosialisasi pemanfaatan tanaman obat keluarga (Toga) serta pemeriksaan antropometri balita di Posyandu dan Posbindu Cempaka RW 17, Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat, Sabtu (12/10/2024).
Ini adalah program pengabdian Masyarakat (PKM) dosen UKI untuk menjalankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Semarang Raih Penghargaan Terbaik I Penanganan Stunting di Jawa Tengah
"Dosen akan hadir ditengah masyarakat untuk memberikan informasi sesuai bidang keahliannya," ukar Prof Dr drh Maria Bintang, MS.
Kegiatan ini dilaksanakan secara personal, dalam satu tim Fakultas, yaitu Prof Dr drh Maria Bintang MS, Prof Dr Marina Silalahi SPd MSi, John Jackson Yang,SSi MSc PhD, drh Albert Jackson Yang MVM PhD, dr Linggom Kurniaty SpFK, danbFri Rahmawati MSi.
Disebutkan Maria Bintang, PKM ini adalah lintas fakultas antarperguruan tinggi serta bekerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta.
Baca Juga:
Ketua Pengurus Pusat BPPH Pemuda Pancasila Periode 2014-2019 Meninggal Dunia
"Pada kegiatan kali ini, kami bersama tim akan memberikan penyuluhan manfaat serta demonstrasi pengolahan tanaman obat serta melakukan skrining dan monitoring kejadian stunting di Posyandu dan Posbindu Cempaka RW 17 Kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji. Harapan kami dari kegiatan yang kami lakukan ini adalah supaya masyarakat dapat mengerti manfaat dan pengolahan tanaman obat yang berkhasiat untuk mempertahankan imunitas dan anti peradangan (meniran) dan mencegah stunting (kelor)," kata Maria.
Ditambahkan oleh persona lain, Marina Silalahi, PKM merupakan kegiatan dalam mengamalkan dan
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta menambah wawasan kehidupan bangsa seperti penjelasan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 47 dan 48.
Beberapa bentuk PKM berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, yaitu pertama, mengembangkan model pemberdayaan masyarakat.
Kedua, meningkatkan kapasitas pengabdian kepada masyarakat, dan ketiga, memberikan solusi berdasarkan kajian akademik atas kebutuhan, tantangan, atau persoalan yang dihadapi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kemudian keempat, melakukan kegiatan yang mampu memberdayakan masyarakat pada semua strata, secara ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Dan kelima, melakukan alih teknologi, ilmu, dan seni kepada masyarakat untuk pengembangan martabat manusia berkeadilan gender dan inklusi sosial serta kelestarian sumber daya alam.
"Satu diantara bentuk kegiatan PKM adalah penyuluhan atau pemberian informasi terkait
permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama permasalahan dalam bidang kesehatan. Permasalahan kesehatan yang menjadi perhatian adalah status gizi pada balita dan upaya mempertahankan daya tahan tubuh serta antiperadangan pada lansia," sebut Marina Silalahi.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2015 diketahui bahwa angka
prevalensi kekurusan anak di dunia sekira 14,3%. Kekurusan yang terjadi pada anak berhubungan dengan asupan gizi.
Menurut data riset kesehatan dasar (Rikesda) 2013 diketahui bahwa masalah gizi pada anak prasekolah dan masa sekolah masih cukup tinggi. Hal ini dapat diketahui dari status gizi anak umur 5-12 tahun menurut indeks massa tubuh/umur (IMT/U) di Indonesia, yaitu prevalensi kurus adalah 11,2%, terdiri dari 4% persen sangat kurus, dan 7,2% kurus.
Gizi merupakan satu faktor utama penentu kualitas sumber daya manusia (SDM), karena dibutuhkan dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup setiap manusia dalam mempertahankan kehidupan secara sehat.
"Cara untuk menilai baik buruknya gizi seseorang adalah dengan melakukan pengukuran status gizi," bilang Marina.
Lanjut Marina Silalahi, status gizi yang baik mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta dapat meningkatkan kemampuan intelektual yang berdampak pada prestasi belajar di sekolah. Cara untuk menilai status gizi adalah dengan menggunakan antropometri.
Ditambahkan Silalahi, stunting masih menjadi masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data hasil Riskesdas 2018, angka stunting di Indonesia sebesar 30,8%. angka ini tergolong masih tinggi. Dari hasil PKM ini, di RW 17 Kemirimuka masih terdapat kasus stunting 11.11 % dari balita yang hadir pada saat kegiatan PKM ini.
Diantara upaya yang dapat dilakukan dalam menurunkan angka kejadian stunting adalah pemberian pangan fungsional seperti daun kelor. Daun kelor memiliki kandungan vitamin C, kalsium, beta-karoten, potasium dan protein yang tinggi. Selain itu, daun kelor yang dimasak akan menghasilkan zat besi 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan daun kelor segar.
Metode penyuluhan yang dilakukan berupa ceramah dengan menggunakan media poster banner, pembuatan pangan fungsional dilakukan dengan menggunakan metode peragaan masak secara langsung kemudian menyebarkan kuesioner terkait penilaian hasil pangan fungsional yang diperagakan, serta melakukan pengukuran antropometri dengan cara mengukur tinggi dan berat badan balita dengan menggunakan alat ukur tinggi dan timbangan.
Tanaman fungsional yang akan perkenalkan dalam penyuluhan dan peragaan pembuatan pangan fungsional kepada orangtua asuh balita adalah daun kelor segar. Pada akhir kegiatan, dilakukan pembagian pohon tanaman kelor yang dapat ditanam untuk mencegah kejadian stunting.
Selanjutnya, hasil program PKM ini dibuatkan artikel yang hendak dipublikasi pada jurnal ber SNI-prosiding jurnal nasional dan pers siber.
[Redaktur: Hendrik Isnaini Raseukiy]