"Pemerintah membuat kebijakan yang selaras dengan komitme WHO bahwa kita mewujudkan zero dengue dead pada tahun 2030. Untuk itu, kementerian kesehatan membuat sejumlah strategi, satu diantaranya inovasi teknologi wolbachia," katanya.
Dilanjutkan, wolbachia merupakan bakteri alama yang tumbuh di hewan arthropoda atau serangga yang bisa menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk. Dalam penelitian di UGM Yogyakarta, teknologi ini mampu menurunkan 77 % angka kejadian kasus dengue dan mengurangi pasien masuk rumah sakit sebesar 86 %.
Baca Juga:
Menuju Kota Global: Pramono Targetkan Jakarta Masuk 50 Besar Dunia Jelang Usia ke-500
"Kementerian Kesehatan telah mengadopsi teknologi wolbacjia dengan melakukan pilot projet di lima daerah yakni Semarang, Bandung, Kupang, Bontang dan Jakarta Barat. Saya berharap penerapan metode wolbachia di Jakarta Barat, bisa menjadi momentum untuk menunjukkan bahwa pengendalian dengue dapat berhasil bila menjadi komitmen bersama antara pemerintah pusat, daerah dan stakeholder terkait," paparnya.
Yudi Pramono menegaskan, meski menerapkan teknologi wolbachia, namun kegiatan rutin dalam pencegahan penularan demam berdarah, yakni Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) masih tetap dijalani.
"Jadi kegiatan PSN 3M (Menguras Menutup dan Mendaur Ulang) Plus dalam upaya mengendalikan DBD tetap rutin dilaksanakan. Kemudian, dengan implementasi wolbachia, Insya Allah bisa menurunkan kasus DBD di Jakarta," pungkasnya.
Baca Juga:
Diajang GSMS 2025, Pemprov DKI Jakarta Raih Penghargaan “Best Use of Image”
Launching implementasi teknologi Wolbachia ditandai dengan penyerahan ember ber-wolbachia kepada kader jumantik RW 07 Kembangan Utara.
Hadir Plt Direktur P2PM Kementerian Kesehatan, Anas Maruf, Plt Adkesra Sekda DKI Jakarta, Suhairini Elawati, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, serta para pejabat di lingkungan Pemkot Jakarta Barat.
[Redaktur: Zahara Sitio]