WahanaNews.co | Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa orang yang suka begadang memiliki risiko lebih tinggi untuk mati muda. Kog bisa? Apa penyebabnya?
Hal ini dibuktikan lewat penelitian terbaru yang dilakukan pada 22.976 orang kembar berusia dewasa di Finlandia selama 37 tahun terakhir.
Baca Juga:
Kejati DKI Paparkan Asesmen Penerapan Pedoman Kejaksaan Terkait Penanganan Narkotika
Dalam penelitian itu diketahui meski kembar banyak dari peserta penelitian memiliki karakter yang berbeda. Termasuk salah satunya karakter orang yang suka begadang atau yang dikenal sebagai kronotipe.
Diketahui saat ini ada dua jenis kronotipe yakni tipe pagi dan tipe malam.
Morning person adalah tipe kronotipe yang cenderung beraktivitas lebih awal di pagi hari, sementara night owl atau "kalong" memaksimalkan aktivitas di malam hari dengan begadang.
Baca Juga:
Musik Bisa Meningkatkan Mood, Simak Penjelasan Lengkapnya
Dalam beberapa penelitian sebelumnya disebutkan bahwa kronotipe malam cenderung berumur pendek.
Hanya saja penelitian yang dilakukan di Finlandia itu justru menemukan jawaban lain.
Menurut penelitian itu kronotipe bukan jadi faktor utama para kronotipe malam yang mati muda.
Hal itu diamini oleh Chris Hublin, peneliti dari Finnish Institute of Occupational Health. Dia mengatakan sama sekali tidak ada pengaruh besar kronotipe terhadap kematian.
Apalagi usia pendek dari orang-orang kronotipe malam.
"Sebaliknya peningkatan risiko kematian disebabkan oleh konsumsi tembakau dan alkohol yang lebih besar. Sangat jauh dibandingkan orang-orang kronotipe pagi," bebernya.
Disebutkan Science Alert, penelitian mulai dilakukan pada 1981 dengan mengidentifikasi peserta dari jenis kronotipe.
Selama penelitian faktor-faktor seperti pendidikan, kebiasaan tidur, serta jumlah merokok dan minum yang dilakukan peserta disesuaikan dalam analisis.
Saat itu mereka menemukan data bahwa 8.728 peserta telah meninggal dunia. Namun, para peserta kronotipe malam yang tidak merupakan dan tidak banyak minum justru tidak memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.
Dari situ terlihat bahwa merokok dan minum yang dilakukan kronotipe malam jadi faktor utama. Meskipun kronotipe malam tidak mengindikasikan adanya kebiasaan tidur yang buruk.
Hanya saja menurut Chris Hublin hal itu kerap sering berjalan bersamaan. Pada akhirnya gangguan tidur dapat menyebabkan sejumlah masalah mental dan fisik dan sebelumnya juga dikaitkan dengan kecanduan nikotin atau alkohol.
"Ada indikasi tingkat penggunaan alkohol dan zat lain untuk begadang di malam hari," tulis para peneliti dalam makalah tersebut.
Science Alert mengatakan penelitian ini memang jadi fakta yang memprihatinkan. Hanya saja menurut mereka penelitian lebih terperinci yang melibatkan lebih banyak orang di lebih banyak negara akan lebih memperjelas konklusi penelitian itu.
Hanya saja menurut mereka faktor penelitian itu mengungkap adanya gangguan kesehatan yang perlu dikhawatirkan selali pilihan kebiasaan waktu tidur.
Masyarakat juga perlu mewaspadai beberapa pilihan gaya hidup yang dilakukan saat tidak tidur di malam hari.
[Redaktur: Zahara Sitio]