WAHANANEWS.CO, Jakarta - Para peneliti mengingatkan orang-orang yang berencana membuat tato agar mempertimbangkan kembali keputusannya.
Studi terbaru menunjukkan adanya kemungkinan peningkatan risiko kanker kulit dan gangguan kelenjar getah bening akibat tato.
Baca Juga:
Jaksa Agung: Pengoplosan Pertamax di Masa Pandemi Bisa Berujung Hukuman Mati
Menurut laporan Medical Daily pada Rabu (5/3/2025), penelitian sebelumnya telah mengungkap bahwa tinta tato dapat menembus kulit dan berpindah ke kelenjar getah bening.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap kesehatan dalam jangka panjang.
Namun, membuktikan hubungan langsung antara tato dan kanker bukanlah hal yang mudah. Efek dari paparan tinta mungkin baru muncul setelah beberapa dekade.
Baca Juga:
Trump Pangkas Dana USAID hingga US$60 Miliar, Begini Dampaknya bagi Dunia
Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal BMC Public Health, para peneliti menganalisis dampak jangka panjang tato dengan menggunakan data dari lebih dari 5.900 pasangan saudara kembar di Denmark.
Jacob von Bornemann Hjelmborg, salah satu peneliti, menjelaskan bahwa metode penelitian ini memungkinkan mereka membandingkan risiko kanker pada saudara kembar yang memiliki faktor genetik dan lingkungan yang serupa.
"Aspek unik dari penelitian kami adalah kami bisa membandingkan pasangan kembar, di mana salah satunya mengidap kanker. Ini memberi kami metode yang lebih kuat untuk menyelidiki apakah tato benar-benar berkontribusi terhadap risiko kanker," ujarnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu bertato memiliki insiden kanker kulit dan limfoma yang lebih tinggi dibandingkan saudara kembar mereka yang tidak bertato.
Selain itu, risiko kanker juga bervariasi tergantung pada ukuran dan durasi tato di tubuh.
Individu dengan tato yang lebih besar dari telapak tangan dilaporkan memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker.
Semakin lama tato berada di kulit, semakin besar kemungkinan akumulasi partikel tinta di kelenjar getah bening, yang dapat meningkatkan risiko kanker kulit dan gangguan sistem limfatik.
"Kami menemukan bahwa partikel tinta menumpuk di kelenjar getah bening, dan tubuh tampaknya menganggapnya sebagai zat asing," kata Henrik Frederiksen, salah satu peneliti dalam studi ini.
Ia menambahkan bahwa sistem imun mungkin terus-menerus berusaha melawan partikel tinta tersebut, namun belum diketahui apakah respons ini dapat melemahkan fungsi kelenjar getah bening atau menimbulkan masalah kesehatan lainnya.
Penelitian lanjutan masih diperlukan untuk memahami lebih dalam bagaimana tato mempengaruhi sistem limfatik dan apakah jenis limfoma tertentu lebih erat kaitannya dengan penggunaan tato.
[Redaktur: Rinrin Kaltarina]