WahanaNews.co | Kanker ovarium dapat terjadi pada setiap wanita. Kanker ini cukup ditakuti oleh wanita, sama halnya dengan kanker rahim.
Namun berbeda dengan kanker rahim, kanker ini tumbuh di ovarium atau sel telur wanita yang ada di sisi kiri dan kanan alat reproduksi.
Baca Juga:
Jasa Marga Raih Penghargaan Bergengsi ‘Indonesia Most Powerful Women Awards 2024’
Wanita yang memiliki faktor risiko akan lebih rentan mengalami kanker ovarium. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena kanker ovarium diantaranya usia tua, tidak berolahraga, pola makan yang buruk, dan obesitas.
Lalu, bagaimana dengan kehamilan? Benarkan perempuan yang tidak pernah hamil meningkatkan risiko kanker ovarium?
Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) dokter Brahmana Askandar mengatakan perempuan yang tidak pernah hamil lebih berisiko mengalami kanker ovarium dibandingkan perempuan yang pernah hamil.
Baca Juga:
Momen CFD, Pj Wali Kota Bekasi Kampanyekan Stop Kekerasan Perempuan dan Anak
Brahmana menjelaskan bahwa ovarium akan terus menerus memproduksi sel telur di dalam rahim. Saat tidak terjadi pembuahan atau kehamilan, maka telur akan meluruh bersama dengan zat inflamasi yang ada di sekitarnya.
"Proses ovulasi ini membuat ovarium terus bekerja setiap bulan, jadi bukan karena hormon tapi karena terus menerus terjadi aktivitas di ovarium," kata Brahmana dalam webinar yang bertajuk 'Kampanye 10 Jari: Bersama Kita Bisa Menghadapi Kanker Ovarium', Kamis (13/1).
Brahmana mengatakan, proses ovulasi ini akan berhenti saat hamil dan menyusui. Di masa-masa ini, yakni hamil sembilan bulan dan dilanjutkan dengan menyusui, ovarium akan memiliki waktu untuk beristirahat. Zat-zat inflamasi saat telur biasa diluruhkan pun menghilang di sekitar ovarium.