WahanaNews.co | Sebanyak 400 dari 1000 anak usia sekolah di Indonesia mengalami gangguan mata atau kelainan refraksi.
Peningkatan jumlah penderita gangguan mata diperkirakan akibat dari dampak pandemi yang mengharuskan pembelajaran jarak jauh sehingga memicu anak sering menggunakan gadget.
Baca Juga:
7 Tips Hemat Baterai Gadget saat Perjalanan Liburan
Terjadinya peningkatan gangguan refraksi mata pada anak ini diungkapkan Ikatan Profesi Optometris Indonesia atau Iropin di Yogyakarta.
Tren peningkatan penyakit gangguan penglihatan atau kelainan refraksi pada anak terjadi dalam dua tahun terakhir.
Salah satu hal yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kemungkinan karena efek dari pandemi yang mengharuskan pembelajaran jarak jauh sehingga memicu anak sering menggunakan gadget.
Baca Juga:
7 Tips Hemat Baterai Gadget untuk Perjalanan Jauh saat Liburan
Sementara itu profesi optometrist sendiri memiliki keahlian khusus dalam pemeriksaan mata. Mereka mengoreksi jika ada kelainan refraksi pada mata serta memberikan alat bantu penglihatan.
Dari riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kemenkes RI, pada tahun 2023 dilakukan pengumpulan data secara mandiri dan menemukan perkiraan ada sekitar 35 hingga 40 persen anak usia sekolah mengalami gangguan refraksi.
Data tersebut didapat dari hasil skrining dari 1.000 anak dan didapatkan ada sekitar 350 hingga 400 anak yang mengalami gangguan refraksi dan membutuhkan bantuan kacamata.