WAHANANEWS.CO, Jakarta - Banyak perempuan kerap memilih untuk memendam perasaan demi mempertahankan keharmonisan hubungan atau menjaga citra dirinya di mata orang lain.
Namun, kebiasaan menahan emosi ini ternyata membawa risiko serius terhadap kesehatan mental dan fisik.
Baca Juga:
Swedia Jadi Negara Terbaik bagi Pekerja Perempuan di Dunia
Menurut informasi dari Halodoc, menekan emosi menyebabkan lonjakan hormon stres seperti kortisol.
Jika kadar kortisol terus meningkat, dapat memicu berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, gangguan sistem pencernaan, dan bahkan diabetes tipe 2.
Emosi negatif yang tidak tersalurkan, seperti amarah atau kesedihan yang dipendam lama, berkontribusi terhadap penyempitan pembuluh darah dan berisiko menyebabkan penyakit jantung koroner.
Baca Juga:
Perempuan Jadi Tulang Punggung Keluarga, Tren Baru di Indonesia
Selain itu, gangguan tidur, sakit kepala sebelah (migrain), serta sindrom iritasi usus besar (IBS) juga kerap ditemukan pada perempuan yang tidak mengekspresikan perasaannya.
Jika kondisi ini dibarengi dengan depresi yang tak tertangani, gejalanya dapat memburuk.
Stres emosional kronis yang tidak tertangani juga berpotensi mengganggu sistem imun dan memicu penyakit autoimun seperti lupus atau rheumatoid arthritis, ketika tubuh justru menyerang jaringan sehatnya sendiri.
Kesulitan dalam mengungkapkan perasaan juga bisa dikaitkan dengan kondisi psikologis seperti alexithymia, yang berdampak negatif pada hubungan sosial serta memperparah rasa keterasingan.
Sistem kekebalan tubuh pun ikut terdampak. Ketika emosi ditekan terus-menerus, daya tahan tubuh menurun sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan luka yang sulit sembuh.
Karena itu, perempuan disarankan untuk belajar menyalurkan emosinya dengan cara yang sehat, seperti olahraga, meditasi, atau berkonsultasi dengan psikolog.
Lingkungan sekitar juga harus memiliki kepekaan emosional lebih tinggi untuk memberikan dukungan sosial yang bisa membantu menurunkan stres.
Kesadaran akan bahaya memendam emosi perlu ditingkatkan. Kesehatan fisik dan mental perempuan dapat lebih terjaga jika keterampilan mengelola emosi dimiliki dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]