Selain polusi, profesi tertentu yang memicu tingginya tekanan stres seseorang juga memengaruhi jumlah sperma pria. Gaya hidup buruk yang dilakukan terkait pola makan pun berdampak pada kualitas sperma yang dihasilkan untuk peluang kehamilan.
"Kalau kurang olahraga, harus semingu 3 kali. Makanan dan gaya hidup, jadi makan harus teratur, banyak protein, sayur, dan buah untuk buat kepala sperma yang membentuk DNA," tambahnya.
Baca Juga:
Biaya Pengobatan Penyakit Pernapasan Akibat Polusi Udara Mencapai Triliunan Rupiah untuk BPJS
Obesitas atau berat badan berlebihan pada pria sebagai dampak dari pola makan buruk dan kurang gerak, memengaruhi kondisi organ reproduksi pria. Pada akhirnya, sperma yang terbentuk dapat menjadi lebih buruk sehingga kehamilan yang dinantikan bersama pasangan akan berisiko rendah.
"Obesitas itu hormon terganggu, kondisi testis juga nggak boleh tergencet (karena kegemukan). Itu agar suhunya lebih tinggi yaitu 4 derajat lebih tinggi dari suhu badan, baru bentuk sperma lebih optimal. Kebiasaan lain misal celana dalam ketat, jeans ketat, mandi air panas, tidak boleh kantongi HP," ujarnya.
Kemacetan di ibukota Jakarta rasa-rasanya sudah membuat masyarakat menyerah dan pasrah meski berbagai aktivitasnya terkendala.
Baca Juga:
Tekan Polusi Udara, PLN UID Jakarta Raya dan Sudin Lingkungan Hidup Jakpus Gelar Uji Emisi Kendaraan Operasional
Bukan hanya itu, bahaya kemacetan yang tiada ampun ini menimbulkan polusi di berbagai tempat hingga memicu bahaya asma kambuh dan penyakit paru berbahaya lain.
Berdasarkan data yang diambil dari lebih dari 120 sensor udara Nafas yang tersebar di wilayah Jabodetabek, tingkat PM2.5 telah jauh melampaui ambang batas panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga 11 kali lipat.
Riset dari Nafas juga menunjukkan bahwa hampir 100 persen polusi udara luar ruangan tersebut bisa masuk ke dalam ruangan.