"Tapi tampaknya, faktor usia menjadi salah satu
pemicunya. Banyak yang terjadi pada usia di atas 50 tahun. Semakin lanjut usia,
risiko terkena badai sitokin lebih besar," jelas dr Ceva.
Meski begitu, dr Ceva mengatakan bahwa pasien usia muda juga
berisiko terkena badai sitokin. Namun jumlah tersebut lebih sedikit dibanding
usia tua.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Menyinggung pasien yang memiliki komorbid, dr Ceva
mengatakan bahwa belum ada bukti yang signifikan untuk menjadikan komorbid
sebagai faktor risiko.
"Hanya saja, ketika badai sitokin yang dialaminya
semakin berat, penyakit bawaan itu bisa semakin parah, terutama pada penderita
sakit ginjal," kata dr Ceva.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa pasien yang memiliki
gangguan genetik dapat mengalaminya. Menurutnya, jika sistem kekebalan tubuh
cenderung lebih reaktif, pasien akan cenderung terkena badai sitokin. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.