WAHANANEWS.CO, Jakarta - Sebuah fenomena menarik terungkap dari hasil survei dan investigasi Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) mengenai penggunaan galon air minum dalam kemasan guna ulang.
Meski lebih dari 60% konsumen menyadari risiko kesehatan dari paparan Bisphenol-A (BPA), sebagian besar tetap memilih menggunakan produk tersebut dengan pertimbangan harga yang lebih ekonomis.
Baca Juga:
BPOM Bakal Buat Label BPA pada Galon Air Minum Bermerek
"Survei menunjukkan sebagian besar konsumen (60,8%) di lima kota telah mengetahui risiko BPA dalam galon polikarbonat dapat membahayakan kesehatan. Namun, hampir 39% dari yang mengetahui menyatakan tetap akan menggunakannya, sebagian responden (27%) karena alasan ekonomis, sementara 11,7% lainnya menggunakan alasan karena merasa sudah terbiasa mengkonsumsi," jelas Ketua KKI, David M. L. Tobing dalam Konferensi Pers Paparan Hasil Survei dan Investigasi KKI yang digelar di Jakarta, beberapa waktu lalu.
BPA, yang merupakan komponen dalam pembuatan plastik polikarbonat dan resin epoksi, telah lama menjadi perhatian para ahli kesehatan karena dampaknya yang dapat mengganggu sistem hormon, fungsi reproduksi, dan meningkatkan risiko kanker.
Namun, kesadaran akan bahaya ini belum merata di kalangan konsumen Indonesia.
Baca Juga:
Bisnis AMDK Galon di Indonesia Dinilai Rugikan Konsumen
"Dari 495 responden yang kami survei, 83% mengaku tidak memperhatikan informasi tentang usia pakai galon guna ulang, padahal kemasan galon polikarbonat yang digunakan berulang kali tanpa ada aturan batas pakai berpotensi melepaskan BPA," ujarnya.
Lebih lanjut David menjelaskan, "91,9% responden memilih galon guna ulang karena harganya lebih murah. Mereka lebih memprioritaskan harga ketimbang risiko kesehatan."
Terkait regulasi, KKI mengkritisi lambannya implementasi aturan pelabelan BPA oleh BPOM. Meski telah ada Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024, tenggat waktu 4 tahun untuk implementasi dianggap terlalu panjang.