WahanaNews.co | Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, World Health Organization) Soumya Swaminatha mengungkapkan pihaknya menantikan generasi kedua dari vaksinasi Covid-19, yakni semprotan hidung dan versi oral.
Soumya mengatakan vaksin semacam itu dapat memiliki keunggulan dibandingkan versi saat ini yang ditanam karena akan lebih mudah diberikan ketimbang via suntikan dan bahkan dapat diberikan sendiri.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Targetkan 30.702 Anak Terima Imunisasi Polio pada PIN 2024
Soumya Swaminathan adalah ilmuwan asal India yang dikenal karena risetnya tentang tuberkulosis (TBC). Dia menjadi menjadi Ketua Ilmuwan WHO sejak Maret 2019 dari sebelumnya, dari Oktober 2017 sampai Maret 2019, dia menjabat Wakil Direktur Jenderal Program-program di WHO.
Soumya mengatakan ada 129 kandidat vaksin berbeda yang telah melalui uji klinis -- sedang diuji pada manusia -- sementara 194 lainnya belum begitu maju dalam pengembangannya dan masih dikerjakan di laboratorium.
"Ini mencakup seluruh jajaran teknologi," katanya dalam interaksi langsung di saluran media sosial WHO, dikutip NDTV, New Delhi Television Limited, Minggu (14/11/2021).
Baca Juga:
Pemkab Batang, Massifkan Pencegahan Kasus Flu Singapura (HFMD)
"Mereka masih dalam pengembangan. Saya yakin beberapa dari mereka akan terbukti sangat aman dan manjur dan yang lain mungkin tidak," katanya.
"Mungkin ada keuntungan dari beberapa vaksin generasi kedua ... jelas jika Anda memiliki vaksin oral atau vaksin intra-nasal [via hidung], ini lebih mudah diberikan daripada yang disuntikkan. Akhirnya kita bisa memilih mana yang paling tepat. Jika bukan karena Covid, kami akan menggunakan platform ini untuk infeksi lain di masa depan."
Dia menjelaskan keuntungan dari vaksin yang disemprotkan ke hidung, seperti yang terjadi di beberapa negara dengan vaksin influenza.
"Jika ada respons imun lokal, maka virus itu akan menangani virus bahkan sebelum virus itu pergi dan menetap di paru-paru dan mulai menimbulkan masalah," katanya.
WHO hanya memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk tujuh vaksin Covid-19: vaksin yang dibuat oleh Pfizer/BioNTech, Moderna, AstraZeneca, Johnson & Johnson, Sinopharm, Sinovac dan pekan lalu yakni Bharat Biotech.
"Tidak ada vaksin yang 100 persen [ampuh melindungi]. Tidak ada yang pernah mengklaim bahwa vaksin akan 100 persen protektif. Tapi 90 persen adalah jumlah perlindungan yang luar biasa, dibandingkan dengan nol," katanya.
"Sampai sekarang, dengan vaksin yang telah kami setujui, belum ada sinyal yang begitu mengkhawatirkan sehingga kami perlu mengatakan, kami perlu memikirkan kembali vaksin ini."
Hingga saat ini, lebih dari 7,25 miliar dosis vaksin telah diberikan di seluruh dunia, menurut hitungan AFP. [rin]