WahanaNews.co | Komandan Korem (Danrem) 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan mengungkapkan, kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Lamek Taplo yang melakukan kontak tembak dengan aparat TNI-Polri di Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, membawa 10 pucuk senjata api. Diduga, senpi itu milik TNI.
Senjata api yang dibawa itu diduga milik TNI-AD yang didapat dari reruntuhan jatuhnya helikopter MI 17 pada 28 Juni 2019 lalu, yang membawa 12 orang prajurit termasuk lima orang anggota Yonif 725/WRG.
Baca Juga:
Jenazah Korban Penembakan KKB, Stevan Wakari Dievakuasi ke Mimika
"Kami menduga senjata api yang digunakan berasal dari reruntuhan jatuhnya helikopter," ujar Brigjen TNI Izak Pangemanan, di Jayapura, dilansir Antara, Selasa (14/9).
Dia menjelaskan, dari laporan yang diterima baku tembak dengan KKB itu berawal saat anggota dari Yonif 403/WP yang tergabung dalam Satgas Pengamanan Perbatasan melihat sekelompok KKB membawa senjata api, sehingga melakukan pengejaran.
Saat mengetahui mereka dikejar langsung melakukan penembakan hingga terjadi baku tembak dan kemudian KKB membakar beberapa fasilitas umum yang ada di Kiwirok, seperti puskesmas, pasar, gedung sekolah dasar, kantor kas BPD Papua, dan rumah warga.
Baca Juga:
KKB Bunuh Warga Sipil di Kali Wabu Intan Jaya
Bahkan, KKB memanah serta menganiaya tenaga kesehatan yang sempat mereka temukan hingga mengalami trauma, kata Pangemanan seraya menambahkan, apa yang dilakukan KKB terhadap tenaga kesehatan di luar peri kemanusiaan.
Saat anggota TNI-Polri masih mencari satu orang tenaga medis yang belum diketahui keberadaannya, sedangkan dua orang yang dilaporkan hilang sudah ditemukan terluka di jurang.
Evakuasi belum dapat dilakukan karena lokasinya yang berada di jurang, dan saat hendak mengevakuasi sempat ditembaki oleh KKB, kata Danrem 172 PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan pula. [dhn]