WahanaNews.co, Jakarta - Dwi (42) merasa kecewa dengan tindak kejahatan hipnotis yang menimpa ayahnya, Slamet (69), seorang lansia.
Pada Jumat (24/11/2023) pagi di Ciracas, Jakarta Timur, Slamet menjadi korban hipnotis oleh empat pria. Mereka berhasil menguras uang senilai Rp 69 juta dari Slamet.
Baca Juga:
Dosen UNIAS Dihipnotis saat VCS, Diperas Rp25 Juta: Pelaku Ancam Sebar Video ke Medsos
"Saya merasa sangat kecewa, terutama karena Rp 20 juta yang ada di rumah itu merupakan peninggalan dari almarhumah ibu saya. Kami berencana menggunakan uang itu untuk kebutuhan sehari-hari," ungkap Dwi saat diwawancarai pada Jumat (8/12/2023).
Perlu dicatat bahwa jumlah uang sebesar Rp 69 juta tersebut terdiri dari uang tunai sebesar Rp 20 juta yang disimpan di rumah Slamet di kawasan Kelapa Dua Wetan.
Kemudian, pelaku menggiring Slamet untuk mencairkan uang Rp 49 juta dari rekening BRI korban dengan rincian Rp 20 juta dari bank BRI di kawasan Cibubur, dan Rp 29 juta diambil dari bank BRI di Cimanggis, Depok.
Baca Juga:
Viral VCS Oknum Dosen, Ini Penjelasan Universitas Nias
Dwi menjelaskan, uang tunai sebesar Rp 20 juta yang berada di rumahnya adalah uang yang dulu pernah disimpan oleh almarhumah ibunya di sebuah koperasi.
"(Kini) Rp 20 juta itu mau dipakai keluarga untuk peringatan 100 harian almarhumah ibu saya Desember ini, dan untuk urus makam. Tapi malah keambil karena ayah saya kena hipnotis," tutur Dwi.
Sementara uang senilai Rp 49 juta yang berada di bank merupakan tabungan milik Slamet selama 13 tahun, yang dikumpulkan sebagai pegangan di masa pensiun.
"Rp 49 juta itu total bapak saya nabung sedikit-sedikit selama 13 tahun, buat pegangan pas pensiun. Bayangin, dikumpulin sampai belasan tahun langsung ludes dalam sekejap," kata Dwi, melansir Kompas.com.
Ia berharap, polisi lekas mengusut tuntas kasus hipnotis terhadap lansia ini. Pasalnya, Dwi juga mengetahui kejadian serupa yang dialami lansia di Duren Sawit pada akhir Oktober lalu.
Ia khawatir, para pelaku masih satu komplotan dan akan mengincar lansia lainnya di kawasan Jakarta Timur.
Kronologi hipnotis
Sebelumnya, Slamet mengalami kejadian di mana empat pria yang tidak dikenal menghipnotisnya saat ia sedang berjalan kaki dari puskesmas menuju apotek di Jalan Raya Ciracas untuk mengambil obat.
Sesi hipnotis dimulai ketika bahu Slamet mendapat tepukan tiba-tiba dari seorang pria yang terlihat mirip warga negara asing (WNA). Pria tersebut berjalan dari arah yang berlawanan dengan Slamet.
Pria yang diduga WNA dan berbicara dengan logat Melayu kemudian menanyakan apakah Slamet mengetahui lokasi Masjid Kubah Emas, Depok.
Ia menyatakan niatnya untuk memberikan rezeki kepada yang membutuhkan, namun menginginkan pertukaran dolar Singapura ke rupiah terlebih dahulu.
Tidak lama kemudian, seorang pria berpeci datang dari belakang Slamet dan bertanya mengenai situasi yang sedang terjadi.
WNA yang mengaku sebagai warga Brunei Darussalam kembali menanyakan tentang Masjid Kubah Emas dan menjelaskan niatnya untuk membagikan rezeki kepada yang membutuhkan.
Mereka menyeberangi jalanan dan kembali mengobrol. Tiba-tiba ada sebuah mobil berwarna hitam menghampiri.
Salah satu pelaku menegur pria berpeci dari dalam mobil dan mengajak mereka masuk. Masih dalam keadaan terhipnotis, Slamet turut masuk.
Di dalam mobil, sudah ada sopir dan seseorang yang mengaku bekerja di BRI cabang Ciracas bagian kur.
Karena masih terhipnotis, Slamet berhasil diyakinkan untuk mengambil uang tunai sebesar Rp 20 juta dari rumahnya dan menarik Rp 49 juta dari tabungan BRI-nya.
Setelah uang sebesar Rp 69 juta berada di tangan para pelaku, Slamet dibawa ke sebuah bank BRI di Jalan Raya Bogor kawasan Depok dan diturunkan di sana.
Di sana, pelaku yang diduga WNA memberikan sebuah amplop yang disebut berisi 15 lembar dolar Singapura untuk ditukar menjadi Rp 150 juta. Namun, Slamet tidak boleh membuka amplop itu.
Ketika Slamet memasuki bank untuk menukarkan uang tersebut, petugas bank memberikan penjelasan bahwa proses pertukaran dolar Singapura ke Rupiah tidak dapat dilakukan di tempat tersebut.
Mereka meminta amplop tersebut dibuka, dan setelah dibuka, ternyata isi amplop tersebut hanya terdiri dari empat uang mainan dan sepuluh potongan kertas.
Pada Sabtu (25/11/2023), Dwi melaporkan insiden ini ke Polres Metro Jakarta Timur, dan saat ini kasus tersebut sedang dalam proses penanganan.
Sebagai barang bukti, rekaman CCTV dari bank terkait, uang mainan, dan potongan kertas telah berhasil diamankan oleh pihak kepolisian.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]