WAHANANEWS.CO, Jakarta - Misteri kantong kresek hitam yang dibawa diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan alias ADP malam sebelum kematiannya akhirnya terungkap.
Temuan ini menjadi salah satu bagian penting dalam rangkaian penyelidikan intensif yang tengah dilakukan pihak kepolisian.
Baca Juga:
Tragedi Zahra: Bocah 9 Tahun Diperkosa dan Dibunuh, Tersangka Diringkus Setelah 1 Bulan Buron
Komisioner Kompolnas Choirul Anam mengungkapkan bahwa polisi telah menunjukkan secara rinci isi kantong tersebut kepada pihaknya, termasuk bagaimana prosedur pembukaannya dilakukan sesuai standar penanganan barang bukti.
Hal itu disampaikan Anam usai melakukan pertemuan dengan penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya pada Selasa (22/7/2025).
"Yang juga jadi pertanyaan isinya apa, tadi kami ditunjukkan isinya apa saja, bagaimana mereka proses membukanya, bagaimana prosedur memperlakukan, karena itu bagian dari barang, barang bukti, prosedurnya juga ditunjukkan," ujar Anam.
Baca Juga:
111 Lembaga Kemanusiaan Peringatkan Gaza Hadapi Kelaparan Massal, Serukan Gencatan Senjata Segera
Dalam tayangan CCTV, ADP terekam memasuki kamar kos sekitar pukul 23.23 WIB, Senin malam (7/7/2025).
Hanya semenit berselang, ia terlihat keluar kembali sambil membawa kantong plastik hitam. Namun, saat masuk lagi ke kamar pada pukul 23.25 WIB, kresek itu sudah tidak dibawa.
Hal ini menimbulkan dugaan bahwa ia membuang atau meletakkan kantong tersebut di lokasi lain.
Tak hanya soal kantong misterius, kepolisian juga membeberkan kepada Kompolnas soal keberadaan lakban kuning yang melilit kepala korban saat ditemukan.
"Posisi lakbannya kayak apa, terus alat-alat yang lain atau barang-barang yang lain yang terkait peristiwa itu jauh lebih lengkap," kata Anam.
Lebih lanjut, Anam menyebut proses penyelidikan yang dilakukan penyidik sudah menyentuh berbagai aspek penting, termasuk digital forensik dan pemeriksaan saksi.
Pihak Kompolnas bahkan diberikan akses penuh untuk melihat rekaman CCTV yang memperlihatkan aktivitas ADP, tidak hanya pada malam sebelum kematian, tetapi juga sejak pagi hari saat berangkat kerja.
"Akivitas almarhum ini, pas hari H pagi-pagi, tanggal 7 mulai berangkat kerja sampai masuk ke kos kembali, kami dijelaskan detail dengan bukti digital yang sangat rapi dan detail, di titik ini ceritanya apa, di titik ini ditemukannya apa, itu kami dikasih akses sangat baik," ungkapnya.
Anam menambahkan bahwa penyelidikan tidak hanya difokuskan pada satu lokasi, yakni tempat indekos korban. Pihak kepolisian juga melacak beberapa titik lokasi lain yang dinilai relevan dalam mengungkap kasus ini.
"Spektrum tempat yang dilacak tidak hanya satu TKP, tempat kos-kosan, tapi ada beberapa tempat dan kami mendapatkan penjelasan yang utuh. Utuh itu artinya tempatnya jelas, jejak digitalnya juga jelas, kesaksian orang juga jelas," terang dia.
Menurut Anam, pengungkapan sepenuhnya tinggal menunggu hasil autopsi forensik.
"Tinggal ini autopsi kita lihat, sebenarnya ada visum, ada autopsi standar yang biasa kita lihat. Nah ini autopsi yang sebenarnya mau dilacak, autopsi memiliki kebutuhan spesifik dan itu yang kita masih tunggu. Kalau kita berharap, kalau bisa besok, ya besok, tapi kan enggak bisa, semoga minggu ini," tuturnya.
Arya Daru Pangayunan ditemukan meninggal dunia dengan wajah tertutup lakban di kamar kosnya yang terletak di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa pagi (8/7/2025) pukul 08.30 WIB.
Saat itu, jasadnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan, namun tidak ditemukan tanda kekerasan fisik maupun kehilangan barang.
Pihak kepolisian menyatakan bahwa sejauh ini tidak ada indikasi kuat bahwa kematian ADP disebabkan oleh tindakan pembunuhan.
Berdasarkan keterangan dari sang istri, ADP memiliki riwayat penyakit asam lambung (GERD) dan kolesterol tinggi.
Namun demikian, kepastian penyebab kematiannya masih harus menunggu hasil lengkap autopsi, termasuk analisis histopatologi dan toksikologi.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]