WahanaNews.co
| Pakar kapal selam dari Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS) Surabaya, Wisnu Wardhana, menjelaskan 3 faktor penyebab
tenggelamnya KRI Nanggala-402 milik TNI AL sedalam 850 meter di perairan Bali.
Ketiga
faktor itu adalah tidak berfungsinya Air Ballast yang dapat mengatur
ketinggian penyelaman kapal, tidak berfungsinya hydroplane atau sayap di
badan kapal, dan rusaknya Pressure Hull yang membuat kapal tersebut
akhirnya hancur karena besarnya tekanan air.
Baca Juga:
6 Fakta Menarik Halmahera Barat, Ada Pantai yang Bisa Mengusir Kegalauan Pengunjungnya
"Kapal
itu (Nanggala-402) hancur karena pressure hull-nya ditekan dengan
tekanan hidrostatistik yang 4 kali lebih besar, karena dari 200 meter jadi 800
meter. Makanya pressure hull-nya pecah," ujarnya kepada wartawan melalui
sambungan telepon, Selasa (27/4/2021).
Ia
menjelaskan, kapal tua buatan industri Howaldtswerke, Kiel, Jerman, itu
memiliki usia kurang lebih 40 tahun.
Pada
tahun 80-an, kapal tersebut didesain hanya dapat menyelam pada kedalaman 300
meter.
Baca Juga:
Serahkan Rumah Pada Ahli Waris KRI Nanggala 402, Bupati Sidoarjo Dampingi Menhan Prabowo
Namun,
seiring bertambahnya usia kapal, kini ia memprediksi hanya kuat pada kedalaman
200 meter saja.
Pada
kedalaman yang melebihi ambang batas itu, struktur pelindung kapal, Pressure
Hull, yang ia sebut menyerupai cangkang telur, dapat hancur karena
mendapatkan tekanan hidrostatistik.
"Kalau
tekanan diperbesar terus, maka pecah telur itu. Kalau pecah, maka tekanan air
dari luar menerjang masuk, dan menyerang manusia yang ada di dalam telur,"
ujarnya.
"Makanya,
barang-barang yang ada di dalam kapal Nanggala-402 itu muncrat keluar semua.
Dan itu menunjukkan bahwa pressure hull telah pecah," tambah Wisnu.
Wisnu
menjelaskan, lapisan yang menyerupai telur itu diatur dalam ukuran sebesar satu
atmosfer.
Jika
diremas dari luar dan melebihi kemampuan maksimum, maka telur itu akan pecah.
Di
samping itu, ia menjelaskan, setiap kapal selam tidak memiliki teknologi yang
dapat memberikan rekaman perjalanan dan percakapan di dalam kapal, seperti Black
Box layaknya di pesawat terbang, yang dapat membantu identifikasi
kecelakaan kapal.
Menurutnya,
identifikasi masalah dapat dilakukan apabila bangkai kapal selam Nanggala-402
sudah di tarik ke darat.
Dari
rangka dan serpihan yang ditemukan itu, barulah dapat diidentifikasi apa yang
terjadi pada kapal selam milik TNI AL tersebut.
"Saya
enggak tahu, apakah ada seperti blackbox dalam kapal selam. Tapi,
selama saya mempelajari kapal selam, saya tidak pernah menemukan ada blackbox
di situ," pungkasnya. [qnt]