WahanaNews.co | Aditya Eka Putra salah satu suporter PSS Semarang tewas dianiaya kelompok suporter lain beda klub asal DIY. Polisi menyebut ada dua motif dalam peristiwa penganiayaan tersebut.
Kasat Reskrim Polres Sleman AKP Ronny Prasadana mengungkap, sebelum menyerang rombongan korban, kelompok pelaku ada yang berteriak dan menyebut jika mereka berasal dari pendukung klub sepakbola lain di DIY.
Baca Juga:
Waduh! Bus Persis Solo Dilempari Batu Suporter Persita
"Ya, dari (menyebut kelompok suporter lain di DIY),"tandas Ronny.
Ronny menyebut berdasarkan pemeriksaan, para pelaku mengaku sebelumnya pernah diserang oleh kelompok suporter yang kini anggotanya mereka aniaya hingga menyebabkan salah satunya meninggal dunia.
Kendati demikian, kelompok korban ketika diperiksa mengaku tidak pernah melakukan penyerangan sebelumnya. Mereka hanya menonton sepakbola kemudian pulang ke rumahnya. Sehingga kelompok korban tidak tahu apa-apa berkaitan dengan penyerangan tersebut.
Baca Juga:
Laga Semifinal Timnas Indonesia Vs Vietnam Dijaga 3.000 Personel Keamanan
"Kami masih dalami itu. Saat ini kami sedang mendalami kasus ini dan berniat menuntaskan hingga ke akar masalah,"tandasnya.
Kini polisi masih mendalami kronologi munculnya kalimat 'Aku Brajamusti, Piye' dari salah satu tersangka. Karena hal tersebut ternyata menjadi salah satu pemicu terjadinya penganiayaan tersebut.
Selain itu, dalam pemeriksaan ternyata beberapa pelaku penganiayaan juga merupakan residivis kasus yang sama. Beberapa pelaku penganiayaan di palang pintu kereta api Gamping pernah diamankan polisi karena melakukan kekerasan menggunakan senjata tajam.
"Kasusnya membawa sajam kalau tidak salah,"kata dia.
Selain balas dendam karena pernah diserang, kelompok pelaku melakukan penganiayaan karena ada provokasi dari salah satu tersangka. Dia adalah JN, pelaku yang masih di bawah umur karena baru berusia 17 tahun.
JN memprovokasi dengan mengatakan kepada rekannya jika ia sedang dikejar oleh suporter. JN bahkan menjadi pelaku yang menembakkan mercon ke arah rombongan korban ketika tengah berhenti di palang pintu menunggu kereta selesai melintas.
Ronny menerangkan, kematian yang diawali oleh ricuh antar suporter sepakbola bukan kali pertama terjadi bahkan sudah berulang. Rivalitas pendukung dua kesebelasan yang berhome base di DIY ini bukan kali ini saja membawa korban jiwa.
Awal Agustus ini, aksi penganiayaan juga terjadi di dekat swalayan Tambakbayan, dan mengakibatkan seorang suporter bernama Tri Fajar Firmansyah meregang nyawa. Tri tewas usai mendapatkan perawatan selama 10 hari di rumah sakit.
"Akan kami dalami sampai seakar-akarnya. Tidak ada intervensi, tidak ada tebang pilih," tegas dia. [rsy]