Tohom menyoroti bahwa manfaat proyek tidak hanya pada penyediaan listrik, tetapi juga pada penciptaan lapangan kerja lokal, peningkatan pendapatan daerah, serta potensi ekonomi besar dari produk turunan seperti pupuk organik, air bersih, dan komoditas agritech seperti aquaponik dan hidroponik.
“Ini adalah pembangunan kawasan industri terpadu yang secara langsung meningkatkan ekonomi rakyat,” katanya.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dukung Langkah Pemerintah Belajar ke India, Minta Implementasi Teknologi PLTS Murah Tak Sekadar Wacana
Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini menegaskan bahwa model pengolahan sampah modern ini akan menjadi tonggak penting bagi transformasi energi nasional.
Ia menyebut Trenggalek berpeluang menjadi daerah rujukan nasional karena teknologinya setara dengan yang digunakan di Amerika dan Eropa.
“Ketika birokrasi daerah mampu melayani dengan cepat, investor hadir, teknologi maju diterapkan, dan masyarakat diberdayakan—itu adalah formula lengkap pembangunan modern,” ungkapnya.
Baca Juga:
Indonesia Menuju Green Energi, ALPERKLINAS Minta Pemerintah Longgarkan Kuota Pemasangan PLTS
Ia juga mengapresiasi komitmen perusahaan yang melakukan sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat Desa Ngentrong. Baginya, pembangunan berkelanjutan harus melibatkan warga secara utuh.
“Dengan sosialisasi terbuka mengenai dampak, manfaat, dan kompensasi, masyarakat merasa memiliki, bukan sekadar menjadi objek pembangunan,” ujarnya.
Menutup pernyataannya, Tohom mengajak pemerintah pusat dan daerah lain untuk meniru langkah Trenggalek.