Pada saat kunjungannya
Februari lalu, Gibran mengatakan, beroperasinya pembangkit ini akan menjadi
solusi permasalahan sampah di Kota Solo.
"Saya kira, progresnya
sudah cukup baik, sampai nanti targetnya selesai tahun 2022. Ini kan permasalahan dari dulu. Insya Allah,
kalau PLTSa ini sudah running, ya
permasalahan (sampah) ini segera terselesaikan," tuturnya.
Baca Juga:
PLN CSR Awards 2025: PLN Raih 43 Penghargaan dan Predikat Platinum SDGs
Surakarta merupakan salah
satu dari 12 kota yang ditunjuk melalui Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018
tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik
Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
PLTSa Surakarta memanfaatkan
komposisi sampah yang terakumulasi dari TPA Putri Cempo dengan total kebutuhan
sampah sekitar 276 ton per hari.
Dengan menggunakan incinerator, energi panas yang dihasilkan
dari proses pembakaran sampah tersebut untuk menggerakkan generator yang
kemudian menghasilkan listrik.
Baca Juga:
PLN Raih Penghargaan IBEA 2025 untuk Transisi Energi Nasional
Meskipun melalui proses
pembakaran, penggunaan sampah sebagai bahan energi tidak akan mencemari
lingkungan sekitar, karena gas yang dihasilkan dari proses ini bebas dari TAR
maupun kandungan lainnya yang berbahaya.
Tak hanya membeli listrik
dari PLTSa, PLN melalui program co-firing
juga telah mendorong penggunaan biomassa sebagai campuran bahan bakar PLTU.
Biomassa bisa diambil dari
limbah pertanian, limbah industri pengolahan kayu, hingga limbah rumah tangga.