Menurutnya, posisi Bulan di Indonesia pada maghrib 29 Maret masih berada di bawah ufuk, yang berarti tidak memenuhi kriteria penentuan awal bulan hijriah berdasarkan kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) maupun metode wujudul hilal Muhammadiyah.
Dalam kriteria MABIMS, hilal harus memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat agar bisa terlihat dan ditetapkan sebagai awal bulan baru dalam kalender hijriah.
Baca Juga:
Tiket Kereta Lebaran Sudah Ludes Terjual Sebanyak 2,6 Juta hingga 23 Maret 2025
Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa ketinggian hilal di Indonesia pada 29 Maret berkisar antara -3,29 derajat di Merauke hingga -1,07 derajat di Sabang, yang berarti masih di bawah ambang batas.
Sebaliknya, pada 30 Maret, hilal diperkirakan berada pada ketinggian antara 7,96 derajat di Merauke hingga 11,48 derajat di Sabang, dengan elongasi berkisar antara 13,02 derajat hingga 14,83 derajat.
Dengan demikian, hilal sudah memenuhi syarat untuk terlihat, sehingga 1 Syawal kemungkinan besar akan jatuh pada 31 Maret 2025.
Baca Juga:
Klaim Stok Pangan Aman, Tri Adhianto Imbau Warga Jangan ‘Panic Buying’
Meski berbagai prediksi menunjukkan hasil yang sama, keputusan resmi tetap akan ditentukan dalam Sidang Isbat Kementerian Agama pada 29 Maret 2025.
Umat Islam diimbau untuk menunggu hasil resmi sidang sebagai pedoman dalam merayakan Idulfitri.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]