"Sebelumnya, kami berhasil menyusun langkah-langkah untuk melawan tekanan sanksi dari AS dan sekutunya.
Langkah-langkah ini memungkinkan untuk secara efektif melindungi produsen senjata Rusia dan pembeli asing kami," beber Shugayev.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Langkah yang dimaksud Shugayev ialah pendekatan individual agar AS mau melonggarkan sanksinya terhadap Indonesia.
"Kami menggunakan pendekatan individual untuk masing-masing mitra kami, menciptakan syarat dan ketentuan yang nyaman dalam kontrak, dan menyediakan skema penyelesaian yang fleksibel untuk transaksi, termasuk penggunaan mata uang nasional, sehingga sepenuhnya menghindari penyelesaian transaksi dalam bentuk dolar AS", kata Shugayev.
Bukan cuma Shugayev saja yang berbuat demikian, justru mantan Menhan AS Jim Mattis mengingatkan bahwa Indonesia harus lepas dari ancaman sanksi CAATSA.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Caranya dengan mengizinkan Indonesia membeli Su-35 lantaran Flanker E tersebut bakal digunakan untuk melawan China yang juga menjadi musuh AS.
"Ada negara-negara di dunia yang mencoba untuk berpaling dari senjata dan sistem yang sebelumnya bersumber dari Rusia," kata Mattis dikutip dari military.com, pada 27 April 2018.
Dirinya mencontohkan bahwa Vietnam dan India yang bergejolak melawan China patut didukung AS walau membeli senjata dari Rusia.
"Kita hanya perlu melihat ke India, Vietnam dan beberapa negara lain untuk menyadari bahwa pada akhirnya kita akan menghukum diri kita sendiri di masa depan dengan kepatuhan ketat terhadap CAATSA," kata Mattis.