WahanaNews.co |Ratusan warga terdampak banjir mengungsi, karena banjir merendam 68 titik di DKI Jakarta. Banjir terjadi diakibatkan Kali Ciliwung yang meluap karena hujan deras pada Minggu 9 Oktober 2022 malam.
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan bahwa pihaknya telah berupaya untuk menanggulangi banjir karena cuaca ekstrem tersebut.
Baca Juga:
Wagub Lampung Jihan Nurlela Pantau Posko Kesehatan Pastikan Layanan Bagi Korban Banjir
Namun, lantaran intensitas hujan saat itu 150 mililiter menyebabkan banjir yang tak bisa terhindarkan.
"Ya pasti karena enggak mungkin kita menampung mengelola air di atas 100 mililiter. Kalau hujannya di bawah 100 atau 50 enggak banjir," kata Anies di Kota Tua, Jakarta Barat, Selasa (11/10/2022).
Ia pun mengibaratkan penyebab banjir di Ibu Kota seperti 1 liter air yang diletakkan ke dalam gelas sehingga mengakibatkan tumpah.
Baca Juga:
Banjir Kepung Kota Baturaja OKU Akibat Hujan Deras pada 24 Februari 2025
"Itu sama seperti Anda punya gelas 250 ml dituangi air satu liter terus Anda berharap tidak tumpah, enggak mungkin, pasti tumpah," tambah Anies.
Anies menerangkan bahwa jika berhari-hari air hujan tidak terkelola sehingga masih terjadi banjir, maka hal tersebut artinya ada masalah dalam manajemen pengelolaan airnya.
"Tapi kalau bisa dikembalikan dengan volume air sebanyak itu berarti manajemen airnya berjalan baik, karena jumlah air yang jatuh tidak bisa dalam kendali kita tetapi, ketika hujan berhenti berapa lama itu bisa surut. Nah itu nanti manajemen air," kata Anies.
Seperti di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan yang sebelumnya tidak pernah banjir namun kini banjir. Kata Anies, hal itu disebabkan karena intensitas air hujan 180 mililiter dalam waktu dua jam.
"Hujan ekstrem itu di atas 150 mililiter per hari, lah ini dua jam 180 berarti kan ekstrem, apa yang terjadi pasti tergenang tapi dalam waktu 4 jam hilang sudah, artinya sistem manajemen pengendalian untuk pemulihan itu berjalan baik," tuturnya.
Menurut Anies, DKI Jakarta dalam penanggulangan banjir telah menggunakan Key Performance Indicator (KPI) sejak 2018. Sistem penanganan banjir ini ditargetkan banjir surut maksimal 6 jam.
"KPI-nya harus 6 jam surut jadi begitu ada banjir, semua orang tahu 6 jam harus surut," pungkasnya. [rsy]