Sebagai Ketua Aglomerasi Watch, Tohom juga menekankan pentingnya integrasi antara pembangunan PLTSa dengan tata ruang perkotaan. Ia mengingatkan bahwa lokasi fasilitas pengolahan sampah tidak boleh sekadar ditentukan berdasarkan ketersediaan lahan.
“Kita bicara aglomerasi. Artinya, penempatan PLTSa harus terhubung dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi agar manfaatnya terasa langsung. Jangan sampai proyek ini berdiri megah, tetapi tidak efisien karena jauh dari sumber sampah utama,” kata Tohom.
Baca Juga:
Dukung Indonesia sebagai Produsen Sawit Terbesar Dunia, ALPERKLINAS Apresiasi Terobosan PLN Ubah Limbah Jadi Listrik
Ia pun mengingatkan bahwa keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada keterlibatan pemerintah daerah.
“Pemda jangan hanya jadi penonton. Mereka harus aktif membangun sistem pengumpulan sampah yang terintegrasi. Kalau tidak, PLTSa bisa kekurangan pasokan bahan baku,” tegasnya.
Tohom menutup dengan pernyataan bahwa pembangunan PLTSa di 33 provinsi harus dilihat sebagai peluang emas.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dorong Keterlibatan Asosiasi-asosiasi EBT dalam Kepengurusan METI
“Ini momentum. Sampah yang selama ini jadi beban bisa berubah menjadi berkah energi. Namun, butuh konsistensi, pengawasan, dan sinergi semua pihak. Kalau gagal, kita hanya akan menambah tumpukan masalah baru,” pungkasnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.