WahanaNews.co, Jakarta - Debat ketiga Pilkada Jakarta yang berlangsung di Hotel Sultan mengusung tema Perkotaan dan Perubahan Iklim, menghadirkan para pasangan calon kepala daerah Jakarta, yakni Ridwan Kamil-Siswono, Dharma-Kun, dan Pramono-Rano.
Debat ini menjadi ajang bagi ketiga pasangan untuk menyampaikan visi, misi, serta gagasan terakhir mereka dalam menangani tantangan perkotaan dan perubahan iklim yang semakin mendesak di Jakarta.
Baca Juga:
Kasus Pelecehan Rektor UP Sudah Bergulir 8 Bulan, Polisi Belum Tetapkan Tersangka
Jakarta terus menghadapi kompleksitas masalah perkotaan, mulai dari banjir hingga polusi, yang diperburuk oleh perubahan iklim.
Oleh sebab itu, diperlukan kolaborasi erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam menyusun strategi adaptif dan berkelanjutan yang akan melindungi masyarakat serta meningkatkan kualitas hidup warga kota secara menyeluruh.
Menurut Ihsan Suri, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila dan Direktur Network Society Indonesia, selama debat berlangsung, ketiga pasangan calon tidak menampilkan program-program baru yang substantif dalam menyelesaikan permasalahan perkotaan.
Baca Juga:
Jimly Asshiddiqie Sambut Ratusan Mahasiswa Universitas Budi Luhur & Pancasila
"Tidak ada gagasan baru mengenai infrastruktur drainase untuk mengatasi banjir, atau peningkatan Ruang Terbuka Hijau serta pengelolaan sumber air berkelanjutan," jelas Ihsan.
Lebih lanjut, Ihsan juga mengkritisi pendekatan para calon terhadap masalah kemacetan di Jakarta. Menurutnya, solusi yang ditawarkan para calon hanya berupa retorika dan pengulangan program yang telah dijalankan oleh gubernur-gubernur sebelumnya.
"Sementara terobosan dalam penanganan kemacetan hanya sebatas retorika, tanpa ada strategi baru yang konkret," ujar Ihsan yang juga dikenal sebagai Tokoh Pemuda Betawi.
Fokus pernyataan para calon pada pembangunan tanggul raksasa Giant Sea Wall sebagai penanganan banjir memang menjadi sorotan dalam debat kali ini. Namun, program-program yang sudah direncanakan sebelumnya seperti sodetan dan Kanal Banjir Timur (BKT) serta Kanal Banjir Barat (BKB) masih perlu dioptimalkan agar hasilnya maksimal dan berdampak nyata bagi masyarakat Jakarta.
Selain itu, Ihsan juga menyoroti kurangnya pembahasan mengenai permasalahan urbanisasi, pemukiman kumuh, serta penurunan permukaan tanah yang kerap menjadi pembahasan dalam setiap kontestasi pemilihan gubernur Jakarta.
"Sayangnya, dalam debat kali ini, para pasangan calon hanya menyinggung sedikit masalah tersebut tanpa memberikan gagasan atau solusi yang jelas," tambah Ihsan.
Sebagai penutup, Ihsan mengingatkan bahwa dengan tindakan nyata dan perencanaan berkelanjutan, sehingga Jakarta dapat menjadi kota yang lebih tangguh dalam menghadapi permasalahan perkotaan serta perubahan iklim dengan menjaga kualitas hidup warganya.
"Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan masa depan Jakarta yang lebih hijau dan berdaya tahan tinggi," pungkas Ihsan.
[Redaktur: Amanda Zubehor]