"Sejak kecil saya hidup dengan keterbatasan pendengaran, yang semakin memburuk setelah saya mengalami kecelakaan ketika berusia sekitar 10 tahun," jelasnya.
Di masa kecil, Deni mengaku kerap menjadi sasaran perundungan atau bullying di sekolah. Kondisi mentalnya semakin parah setelah sang nenek meninggal dunia pada saat Deni duduk di bangku kelas 6 SD.
Baca Juga:
Abdul Muhaimin Iskandar Sebut Lebih Dari 100 Ribu WNI Bekerja di Kamboja
Kondisi serba terbatas itu membuat Deni mampu melanjutkan pendidikan. Ia pun hanya mampu menamatkan sekolah sampai jenjang Sekolah Dasar.
"Saya hanya menamatkan pendidikan sampai Sekolah Dasar karena pada masa itu saya mengalami perundungan dan tidak memiliki cukup dukungan untuk melanjutkan sekolah," ucapnya.
Namun Deni tetap berjuang. Dia belajar bertahan hidup secara mandiri hingga mempelajari keterampilan sebagai MUA secara otodidak lewat YouTube.
Baca Juga:
Tujuh PMI Sumut Tewas di Kamboja, BP3MI Ungkap Jejak Kelam Penipuan Online
Menurut Deni, pekerjaan sebagai penata rias yang ia lakoni bukan hanya tempat mencari penghidupan, melainkan bentuk mengekspresikan diri.
"Melalui pekerjaan (MUA) inilah saya merasa bisa berdiri di atas kaki saya sendiri, memenuhi kebutuhan hidup, dan perlahan memperoleh rasa percaya diri," ujarnya.
Terkait foto dirinya yang tersebar mengenakan hijab, Deni tidak menampik hal tersebut. Ia mengakui memang pernah mengenakan busana yang identik dengan perempuan muslim tersebut, karena menurutnya hijab melambangkan kecantikan dan keanggunan.