WahanaNews.co | Patung raksasa Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto, berdiri megah di halaman depan Museum HM Soeharto, Argomulyo, Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta.
Karya seni setinggi tiga meter ini jadi bentuk penghormatan terhadap sosok berjuluk Bapak Pembangunan Indonesia itu.
Baca Juga:
Diajak Gabung Parpol Pelita, Gatot Nurmantyo: Saya Tidak Berpartai
Kepala Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto, Gatot Nugroho, mengatakan, monumen bergaya realis berbahan dasar perunggu karya seniman Edhi Sunarso tersebut berdiri sejak museum diresmikan, 8 Juni 2013, atau bertepatan dengan hari lahir Soeharto.
"Museum ini didirikan oleh adik Soeharto, Almarhum Bapak Haji Probosutedjo, sebagai wujud darma bakti seorang adik kepada kakak tercinta yang pernah berjuang untuk bangsa dan negara ini," kata Gatot, saat dihubungi wartawan, Jumat (1/10/2021).
Menjelajah lebih dalam ke bagian museum, patung torso Soeharto yang berpose hormat dapat ditemui di area Joglo.
Baca Juga:
Ini Profil Aylawati Sarwono, yang Diduga Foto Syur Dengan Gatot Nurmantyo
Keberadaan patung-patung ini seolah membantah pernyataan mantan Panglima TNI, Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo.
Dia menyebut bahwa patung Soeharto tidak ada, bahkan yang berukuran kecil pun musnah.
Menurut Gatot, ini jadi ironis ketika patung Presiden pertama RI, Soekarno, ada di mana-mana.
Padahal, ada lebih dari lima buah “figur” Soeharto di dalam museum seluas 3.620 meter persegi ini.
Termasuk beberapa yang terpampang sebagai diorama di area Joglo, Rumah Notosudiro, dan Rumah Atmosudiro.
"Kami punya tugas mengedukasi kepada masyarakat tentang perjalanan sejarah Pak Harto dari beliau lahir serta wawasan kebangsaan nasionalisme," ungkap Gatot.
Deretan koleksi yang bisa ditemui di museum ini meliputi arsip, diorama, foto, serta instalasi roll film berisi dokumentasi visual gerak tentang fase kehidupan dan perjuangan Soeharto.
Semuanya tersimpan dalam lima selasar museum milik keluarga Soeharto ini.
Peranti multimedia itu menceritakan masa kecil Soeharto, penugasan-karier militer, kiprah politik, era kepresidenan, prestasi dalam negeri dan internasional.
Sejarah seputar Serangan Umum 1 Maret 1949, Trikora, juga Gerakan 30 September dihadirkan di museum.
"Memori perjalanan Pak Harto dari lahir, berjuang, memimpin, sampai wafat. Di museum kami, sejarah itu kami sampaikan secara benar, sesuai sejarah nasional dan itu data dari sumber-sumber yang jelas, seperti arsip nasional dan tokoh-tokoh terlibat," paparnya.
Museum ini sendiri dibangun di atas tanah sejuta kenangan yang menjadi tempat kelahiran Soeharto.
Dulunya lahan ini adalah milik sang Kakek Buyut Notosudiro, kemudian diwariskan ke Atmosudiro yang menjadi ayah RR Sukirah, ibunda Soeharto.
"Di sini ada koleksi yang harganya mahal. Yaitu, tempat lahirnya Pak Harto. Bahkan di situ ada sumur yang sudah ada sejak Pak Harto lahir sudah ada, sampai sekarang airnya jernih dan selalu kami pelihara betul untuk tempat wudhu musala kami," urai dia.
"Dan itu jadi bagian dari sejarah sosok anak desa, anak petani sederhana," ujarnya.
Gatot Nurmantyo sempat menyebut komunisme sedang menyelinap ke tubuh militer.
Hal ini terlihat dari hilangnya sejumlah patung tokoh pemberantas G30S/PKI di markas Kostrad.
Salah satunya patung Soeharto.
Pernyataan Gatot kemudian dibantah oleh Pangkostrad, Letjen Dudung Abdurrachman.
Menurut Dudung, tudingan Gatot tidak ilmiah.
Pihak Kostrad juga menjelaskan bahwa patung itu dibongkar atas permintaan pembuatnya karena alasan keyakinan agama.
Adapun pembuat patung itu adalah Pangkostrad ke-34, Letjen TNI (Purn) Azym Yusri Nasution. [qnt]