Sementara itu, media yang berbasis di Hong Kong South China Morning Post (SCMP) melaporkan pengusungan Gibran sebagai wakil Prabowo bisa menjadi pedang bermata ganda.
SCMP, mengutip pengamat senior dari Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam School Singapura Alexander R Arifianto, melaporkan PDIP bisa menggunakan pengalaman politik Gibran dan kritikan soal pembentukan dinasti politik untuk melemahkan kampanye Prabowo.
Baca Juga:
Raffi Ahmad Jadi Waketum Kadin Versi Anindya Bakrie, Jadi Sorotan Media Asing
"Tagline mencegah dinasti politik dan menjaga demokrasi Indonesia bisa jadi merupakan slogan yang sangat kuat yang berasal dari PDIP yang memiliki sejarah panjang sebagai partai oposisi di era Soeharto," kata Arifianto seperti dikutip SCMP.
Menteri Pertahanan dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengumumkan anak sulung Jokowi, Gibran, akan menjadi pendamping di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
"Secara konsensus, seluruhnya sepakat mengusung Prabowo Subianto sebagai presiden KIM, untuk 2024-2029, dan saudara Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres dari KIM," kata Prabowo pada Minggu malam.
Baca Juga:
Rencana Anies Gugat Hasil Pilpres 2024 ke MK Disorot Media Asing
KIM adalah singkatan Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Prabowo dan Gibran menjadi capres-cawapres. Koalisi ini terdiri dari Partai Gerindra, Golkar, Demokrat, PBB, Gelora, dan Garuda.
Pengumuman itu berlangsung beberapa hari usai Mahkamah Konstitusi memutuskan gugatan syarat pendaftaran capres-cawapres berusia minimal 40 tahun atau berpengalaman sebagai kepala daerah di tingkat provinsi atau kabupaten/kota.
Putusan ini memicu kritik dari kalangan pengamat hingga masyarakat karena dianggap menuai konflik kepentingan.