WahanaNews.co | Organisasi lingkungan internasional, Greenpeace, menggelorakan kehidupan berkelanjutan yang dimulai dari pemakaian wadah atau kemasan guna ulang (reuse) dan isi ulang (refill) dalam keseharian masyarakat.
Ajakan ini mereka gelorakan dalam konteks memperingati Hari Isi Ulang Sedunia yang jatuh pada 16 Juni 2022.
Baca Juga:
Greenpeace Sebut Proyek Food Estate Kemenhan Bisa Gunduli 3 Juta Hektare Hutan
Selain itu, organisasi lingkungan ini juga mengajak masyarakat agar turut mendesak produsen segera beralih ke produk refill dan reuse, serta membuka peta jalan pengurangan sampahnya ke publik.
“Kami akan terus mengkampanyekan pemakaian guna ulang ini melalui sosial media,” ujar Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi, dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/6/2022).
Dan, saat ini, kampanye Greenpeace juga cenderung lebih mendorong produsen agar beralih ke produk-produk refill dan mengurangi produk sekali pakai.
Baca Juga:
Tanker Pertamina Prime "Disandera" Aktivis Greenpeace karena Boikot Rusia
”Ada beberapa yang sedang kami rencananya ke depan. Ini masih in progress dan mungkin baru akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan,” katanya.
Pada akun Instagram-nya, Hari Isi Ulang Sedunia 2022, Greenpeace juga mengajak warganet yang sudah mulai menghindari plastik sekali pakai untuk membagikan pengalaman mereka.
Salah satu akun bernama pebiyudha langsung membagikan pengalamannya dengan mengatakan, “Pakai botol bekas air mineral untuk tanaman hias, botol lain yang bagus wadah air minum.”
Akun lainnya, bernama maknasekata, juga membagikan pengalamannya yang lebih sering membawa botol minum dan wadah makanan dari rumah.
Kasubdit Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah KLHK, Ujang Solihin Sidik, menambahkan soal pengelolaan sampah, kemasan-kemasan yang bisa diguna-ulang itu menempati posisi yang paling tinggi dalam hierarki dibanding kemasan yang hanya didesain sekali pakai.
Dia beralasan, kemasan guna-ulang itu didesain dapat dipakai ulang dan otomatis potensi nyampahnya juga akan jauh berkurang, karena sudah pasti akan ditarik untuk diisi kembali.
“Sementara, yang didesain sekali pakai, potensi untuk jadi sampahnya sangat tinggi. Kalau produsennya tidak bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali, kemudian mendaur ulang, ini akan menjadi sampah karena kemasan sekali pakai ini tidak bisa dipakai ulang untuk air minum,” kata Uso, sapaan akrab Ujang Solihin.
Dia mengutarakan, tingkat kemasan daur ulang untuk plastik itu angkanya rata-rata hanya tujuh persen.
“Bayangkan kalau dari plastik yang dihasilkan untuk kemasan itu hanya tujuh persen masuk daur ulang. Itu pun didaur ulang hanya sekali dan kebanyakan didaur ulang untuk jadi produk lain, tidak didaur ulang menjadi kemasan lagi atau jadi botol lagi atau jadi galon lagi,” ucapnya.
Dia menyampaikan bahwa selama ini jenis-jenis plastik PET atau sekali pakai termasuk yang paling tinggi tingkat daur ulangnya, yaitu sekitar 23-24 persen.
Hal itu karena memang industri Indonesia saat ini, daur ulangnya baru fokus hanya pada PET dan belum jenis plastik yang lain.
Padahal, kata Uso, jenis plastik yang lain sangat banyak bahkan yang paling banyak jenis plastik yang disebut problematic unnecessary packaging atau plastik yang multilayer.
“Yang multilayer, yang fleksibel, yang kecil-kecil itu yang menjadi persoalan kita. Jadi, ketika bicara kemasan sampah AMDK, perlu kami tegaskan apapun jenis plastiknya, baik PC, PET atau jenis lain, kami ingin memastikan produsennya harus bertanggung jawab untuk menarik lagi untuk didaur ulang jika dirancang untuk sekali pakai. Itu yang ingin kami tegaskan,” katanya. [gun]