WahanaNews.co | Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengatakan kemajuan desa di DI Yogyakarta (DIY) sangat unik karena pembangunan dilakukan tanpa menanggalkan akar budaya lokal.
“Tidak ada lagi desa tertinggal, apalagi desa sangat tertinggal. Yang menarik, kemajuan desa di Yogyakarta dibangun diatas budaya desa”, ujar Abdul Halim Iskandar alias Gus Halim, Yogyakarta, Rabu (10/11/2021).
Baca Juga:
Perebutan Kursi Senayan di Jawa Timur: Pertarungan Sengit Antara Petahana dan Pendatang Baru
Gus Halim-sapaan akrab Abdul Halim Iskandar-mengatakan kemodernan desa tidak perlu meninggalkan budaya setempat.
Kearifan lokal dari masing-masing desa justru menjadi kekuatan dan modal bagi percepatan pembangunan desa.
"Seluruh desa kan memiliki kearifan lokal masing-masing, itu (budaya lokal) dipertahankan. Jangan sampai kehadiran kebijakan pemerintah pusat membuatnya tercerabut dari akar budaya," katanya.
Baca Juga:
Mendes PDTT Tinjau Desa di Pulau Terluar Aceh Besar
Dia menilai kemampuan desa-desa di Yogyakarta dalam mempertahankan akar budaya mereka tidak lepas dari sosok Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Sebagai pemimpin kultural sekaligus pemimpin formal, Sultan HB X mampu menyelaraskan kecepatan perkembangan jaman yang ditandai dengan disrupsi teknologi dengan akar budaya masyarakat Yogyakarta.
“Harus diakui kecepatan perkembangan dunia digital saat ini kian mengerus akar budaya lokal di banyak desa di Indonesia. Namun di Yogyakarta, kemajuan perkembangan dunia digital justru digunakan untuk mendukung pembangunan desa, seperti untuk promosi desa wisata, pemasaran hasil produk unggulan desa dan lain sebagainya,” katanya.
Gus Halim pun menyatakan bahwa sosok Sultan HB X merupakan tokoh panutan tidak hanya di level Daerah Istimewa Yogyakarta tetapi di level nasional.
Dirinya pun sangat membutuhkan masukan dan pandangan Sultan HB X dalam mempercepat pembangunan desa di Indonesia.
"Dan saya yang sangat kecil dan masih muda ini butuh banyak sekali nasehat beliau," imbuhnya.
Sri Sultan mengungkapkan, dalam pertemuan itu mereka bertukar pendapat perihal pembangunan desa di Yogyakarta.
"Tadi kita berdialog bagaimana dan apa yang telah dilakukan Yogya. Kebetulan, terdapat banyak desa wisata, dan masih mempertahankan kearifan lokal," ujar Sri Sultan.
Sesuai Indeks Desa Membangun (IDM) tahun 2021, dari 392 desa di Yogyakarta, ada 109 desa (28 persen) berstatus desa mandiri, 211 desa maju (54%), dan 72 desa berkembang (18%).
Tak ayal, secara keseluruhan DI Yogyakarta menempati ranking kedua se-Indonesia dalam kemajuan desa dengan nilai rata-rata IDM 0,7837. Adapun posisi pertama dipegang Provinsi Bali dengan nilai rata-rata IDM 0,8037. [rin]