Dari sisi teknis, Kepala BRMP-TRI Evi Savitri Iriani menjelaskan bahwa penggunaan B100 di kendaraan telah menunjukkan kinerja yang stabil. “Kendaraan yang kami uji sejak 2018 tidak pernah diisi solar dan sejauh ini tidak ada masalah berarti. Hanya saja, filter bahan bakar perlu lebih sering diganti, sekitar tiga bulan sekali,” ungkap Evi.
Ia juga memaparkan bahwa B100 memiliki keunggulan dari sisi performa karena angka cetanenya lebih tinggi dibanding solar, menghasilkan tenaga lebih besar dan emisi lebih bersih. “Asapnya tidak bau, karena ini berbasis nabati,” jelas Evi.
Baca Juga:
Kementerian ESDM Uji Coba B40 pada Kereta Api, Hasil Diharapkan Tahun 2025
Menariknya, menurut Evi, B100 juga bisa dibuat dari minyak jelantah, membuka peluang diversifikasi bahan baku. Namun tantangan utamanya tetap pada pasokan sawit yang belum mencukupi jika ingin memenuhi kebutuhan bahan bakar sepenuhnya.
“Kalau semua kendaraan pakai B100, saat ini bahan bakunya belum cukup. Karena itu, kita masih mencampur dengan solar, bertahap dari B5, B20, kini B40, dan ke depan targetnya B50,” katanya.
Saat ini, B100 masih dalam tahap uji coba untuk kendaraan umum, namun telah lebih luas digunakan untuk alat dan mesin pertanian. “Kalau untuk traktor dan pompa saja sudah bisa, maka kendaraan lain tinggal menunggu kesiapan sistem pendukung dan kebijakan,” tandas Evi.
Baca Juga:
Indonesia Kembali Ajukan Panel Evaluasi Sengketa Bea Masuk Biodiesel Uni Eropa di WTO
[Redaktur: Sobar Bahtiar]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.