WahanaNews.co | Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi perkaderan dan perjuangan mahasiswa Indonesia telah banyak menoreh sejarah berarti dalam pembangunan Indonesia, selain melahirkan kader yang berkarakter juga telah melahirkan para alumninya yang terlibat di pelbagai sektor bernegara.
Disebutkan alumni HMI, mantan Ketua Umum HMI periode 1997-1999 Imron Fadhil Syam, Sejak berdirinya HMI pada 5 Februari 1947, telah berkontribusi mengantarkan Indonesia pada kemerdekaan dari penjajahan asing. Masa-masa yang sulit luar biasa pada era kemerdekaan dengan tema-tema revolusioner
Baca Juga:
HMI Dukung Kominfo Berantas Judi Online
“HMI telah ikut mempertahankan kemerdekaan di awal Indonesia merdeka dan ikut terus mengawal demokrasi Indonesia di era Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi secara ikhlas dengan satu tujuan membela kebenaran,” ujar Imron Fadhil Syam dalam sambutannya dalam memperingati Hari Milad HMI ke-76 di Gedung Asrama Haji Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Minggu (5/2/2023).
Perayaan Milad HMI kali ini, bertepatan dengan Kongres HMI XXXIII yang diselenggarakan 30 Januari-5 Februari 2023. Sambutan Imron ini, sarat dengan pesan motivasi kepada kader sekarang untuk ber-HMI dengan ikhlas dan tidak terlibat politik praktis dengan menjaga independensi.
Demikian pula, dalam penyelenggaraan Kongres kali ini, Imron menegaskan, bahwa alumni HMI tidak berpihak kepada siapa pun kandidat Ketua Umum Pengurus Besar HMI, karena alumni hanya berpihak kepada kebenaran.
Baca Juga:
Gubernur Kaltara Jadi Narasumber Utama di Training HMI Cabang Nunukan
“Itulah yang menjadi bekal kami selama kami mengikuti seluruh proses perkaderan HMI hingga kami menjadi alumni sekarang ini,” tegasnya.
Imron berpesan kepada semua peserta Kongres harus memiliki niat yang bersih, tulus ikhlas dalam memimpin HMI.
“Sekali lagi ingat, bahwa keberhasilan perkaderan HMI adalah merupakan tanggung jawab ketua umum atau semua unsur pimpinan HMI. Saya ingatkan, kalian harus belajar dari Kongres ke-32 di Kota Kendari. Saya yakin, Kongres Kendari menyisakan polemik yang tidak berkesudahan, mengapa, karena ada niat kotor dari segelintir pihak. Ingatlah, kalau kita ingin membersihkan lantai pakailah sapu yang bersih, maka lantai pun akan menjadi bersih. Tetapi, jika kita menyapu dengan sapu yang kotor maka yang ada lantai akan menjadi kotor. Begitu pula HMI, pilihlah calon pimpinan HMI yang memiliki niat yang bersih, hati yang bersih, pikiran yang bersih. Sekali lagi, bahwa memimpin HMI mempunyai tanggung jawab yang sangat besar,” ungkap Imron.
Mantan Ketua Umum PB HMI di waktu lahirnya Reformasi ’98 ini mengisahkan pengalamannya di Kongres HMI ke-21 di Yogyakarta saat dipilih sebagai formatur/ketua umum, saat itu sejumlah Cabang HMI se-Indonesia mengajukan 7 nama calon kandidat, yang semuanya tidak punya ambisi pribadi.
“Dari 7 nama yang diajukan, kami saling tunjuk-tunjukan, bukan ambisi mengajukan diri. Dari 7 calon formatur, 6 orang memilih saya. Dan, akhirnya saya terpilih sebagai formatur/ketua umum. Namun, terpilihnya saya bukanlah berarti saya yang terbaik dari 6 calon yang lain. Karena dalam perspektif nilai yang kami miliki, bukan jabatannya yang kami lihat, tetapi amanahnya,” aku Imron.
Dalam Milad HMI kali ini, sebagai perwakilan sambutan alumni, Imron mengisahkan yang terjadi di Kongres HMI ke-32 yang lalu, yang menurutnya menyedihkan sampai-sampai Pengurus Besar (PB) HMI terbelah.
“Kami juga mendengar pada periode ini sampai-sampai ada dua Kongres HMI. Kami sebagai alumni sangat sedih, dan ini menjadi preseden buruk dalam sejarah HMI. Ingat, keberadaan kita sebagai kader HMI adalah hanya sebagai bagian dari estafeta sejarah HMI. Oleh karena itu, menjadi Ketua Umum PB HMI, atau unsur Pimpinan HMI jangan dianggap sebagai prestise. Itu amanah yang berat, karena ada pertanggungjawaban dalam membangun visi perkaderan dan perjuangan HMI,” bilangnya.
Lanjutnya, menjadi pemimpin di HMI, memiliki amanah yang harus ditunaikan secara bersih. Jangan mencari keuntungan dan kepentingan pribadi. Tidak ada tempat di HMI untuk siapa pun melakukan politik uang. Jangan menggadaikan idealisme demi materi dan kepentingan sesaat.
“Para peserta Kongres sekalian, saat ini HMI ada ditangan kalian. Kalian harus membawa sejarah HMI yang benar. Kalian harus membawa sejarah HMI yang baru, dengan gaya baru, program yang baru, perkaderan yang baru sesuai dengan tuntutan sejarah generasi kini. Jayalah HMI. Yakin Usaha Sampai,” ucap Imron.
Jejak Perjuangan HMI
Di usia HMI HMI ke-76 adalah usia yang sudah sangat dewasa, bahkan sangat matang. HMI merupakan organisasi mahasiswa tertua dan telah memiliki banyak kontribusi dalam pembangunan banga Indonesia.
Pada Era Orde Baru pun sikap kritis HMI tetap terjaga. Terlihat bagaimana peristiwa Malari 1974 itu pecah. Banyak keterlibatan tokoh-tokoh dan kader-kader HMI pada saat itu. Sikap kritis HMI itu juga terus dipertahankan.
Pada tahun 1985 ketika Pemerintahan Orde Baru memberlakukan Pancasila sebagai satu-satunya azas, HMI tetap mengkritisi. Pada tahun 1998, HMI juga tetap mengkritisi Pemerintahan Orde Baru.
“Saya ingat sekali, dan ada saksinya, juga Bang Ubaidillah Badrun yang saat itu sebagai korlap massa HMI telah menduduki Gedung DPR sebelum masa mahasiswa dan eksponen gerakan lainnya hadir di Gedung DPR. Kemudian, ditandai dengan tumbangnya Pemerintahan Orde Baru oleh desakan dan tuntutan mahasiswa Indonesia, maka Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI, dan diganti oleh BJ Habibie yang saat itu menjadi Wakil Presiden RI. Tidak selesai di situ, setelah BJ Habibie menjadi Presiden RI, HMI tetap mendesak percepatan pelaksanaan Sidang Istimewa MPR untuk melaksanakan pemilu yang secepat-cepatnya.
Lebih lanjut kata Imron, sikap kritis yang terus terjaga dibangun karena HMI merupakan organisasi perkaderan dan perjuangan. Watak HMI adalah intelektualisme dan spiritualisme yang menjadi kesatuan utuh.
“Sebagaimana ayat al-Quran yang tadi dibacakan oleh qoriah yang membuka acara Milad HMI ini, yakni Surat Ali Imran ayat 190-191: ‘Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’” ulasnya.
Ulil Albab, Imron menjelaskan merupakan doktrin yang membentuk kader-kader HMI untuk memiliki karakter yang kuat dan teguh yang mampu menyatukan visi intelektual dan spiritual. Dari pelaksanaan visi ini menyatu, maka tidak layak bagi peserta kongres untuk berseteru secara fisik, saling baku pukul.
“Saya sangat sedih semalam menonton video sidang yang ricuh saling baku pukul. Itu tidak menunjukkan sama sekali sebagai karakter ulil albab yang menjunjung nilai-nilai intelektual. Allah tidak melarang perbedaan, bahkan perdebatan, karena perbedaan itu sudah merupakan ciptaan Allah SWT. Allah menciptakan siang-malam, tinggi-pendek, benar-salah dan lain sebagainya. Silahkan berbeda dan perbedaan itu dibahas pada forum resmi yang mengedepankan nilai-nilai musyawarah, serulah, diskusikanlah, saling berdebatlah dengan cara yang lemah lembut atau sebaik-baiknya. Dalam firman lain disampaikan, bermusyawarahlah dalam pembahasan/mencari suatu solusi dalam suatu urusan,” tutup Imron Fadhil Syam.