KonsumenListrik.WAHANANEWS.CO – Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo–Gibran menyambut terobosan Pegadaian yang menghadirkan program konversi sampah menjadi tabungan emas sebagai langkah konkret dalam membentuk budaya ekonomi hijau berbasis investasi rakyat.
MARTABAT menilai skema Memilah Sampah Menabung Emas (MSME) bukan hanya menyelesaikan persoalan sampah, melainkan menciptakan kebiasaan finansial baru yang produktif di tengah masyarakat.
Baca Juga:
Tak Cukup Infrastruktur, MARTABAT Prabowo-Gibran Minta Pemerintah Cetak SDM Lewat SMK Pengolahan Sampah dan Energi
Program ini dianggap selaras dengan visi pembangunan berkelanjutan Pemerintahan Prabowo–Gibran yang menempatkan ekonomi sirkular dan pemberdayaan masyarakat sebagai pondasi kemajuan bangsa.
Ketua Umum MARTABAT Prabowo–Gibran KRT Tohom Purba menegaskan bahwa perubahan paradigma pengelolaan sampah harus dipandang bukan hanya sebagai kewajiban lingkungan, melainkan peluang ekonomi masa depan.
“Masyarakat sekarang punya kesempatan nyata: sampah yang biasanya tidak bernilai bisa menjadi instrumen investasi. Ini bukan sekadar green campaign, tetapi model ekonomi kerakyatan masa depan yang terukur, berbasis edukasi dan digitalisasi,” kata Tohom.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Dorong Seluruh Pemerintah Desa Bentuk Tim Kreativitas ‘Olah Sampah Jadi Kerajinan Tangan’
Tohom menilai program MSME Pegadaian yang telah berjalan sejak 2018 merupakan model kolaboratif yang perlu diperluas jangkauannya.
Ia menekankan bahwa edukasi publik dan dukungan pemerintah daerah akan menentukan keberhasilan skema ini ke depan.
“Jika setiap kota punya bank sampah terhubung dengan tabungan emas, Indonesia akan menjadi contoh inspiratif bagi negara berkembang lain. Kita harus menjadikan ekonomi hijau ini gerakan nasional,” ujarnya.
Lebih jauh, Tohom menggarisbawahi bahwa pemisahan sampah, penimbangan, pencatatan hingga konversi saldo menjadi tabungan emas bukan hanya mekanisme teknis, tetapi proses membangun kedisiplinan keuangan masyarakat di akar rumput.
“Budaya menabung adalah pilar kemajuan bangsa. Dan melalui program ini, budaya itu masuk lewat pintu lingkungan. Hebat sekali, karena masyarakat dilatih memilah sampah sambil menyiapkan aset masa depan,” tutur Tohom.
Ia mengapresiasi digitalisasi pengecekan saldo melalui aplikasi Pegadaian Peduli sebagai bentuk modernisasi layanan publik. Menurutnya, integrasi teknologi akan mendorong transparansi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
“Ketika proses jelas, digital, dan bisa dilacak, maka rakyat akan lebih percaya dan ikut dalam gerakan ini secara sukarela,” katanya.
Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini mengatakan bahwa aspek ketersediaan fasilitas harus menjadi perhatian berikutnya.
“Tidak semua cabang Pegadaian memiliki MSME, sehingga perlu pemetaan dan perluasan. Program strategis seperti ini memerlukan dukungan lintas sektor, dari pemerintah daerah, BUMN, hingga komunitas. Jangan sampai antusiasme publik terhambat akses,” tegasnya.
Ia menyarankan keterlibatan industri pengolahan sampah dan sektor perbankan untuk memperkuat ekosistem ekonomi hijau berbasis aset logam mulia ini.
Menurutnya, inisiatif ini sekaligus menjawab dua tantangan nasional: pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan peningkatan literasi investasi masyarakat.
“Kita sedang memasuki era di mana lingkungan dan investasi bukan dua hal terpisah. Dan Prabowo–Gibran sudah menunjukkan keberpihakannya melalui dukungan terhadap program yang memberdayakan rakyat secara nyata,” tutup Tohom.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]