Lebih jauh, Tohom menggarisbawahi bahwa pemisahan sampah, penimbangan, pencatatan hingga konversi saldo menjadi tabungan emas bukan hanya mekanisme teknis, tetapi proses membangun kedisiplinan keuangan masyarakat di akar rumput.
“Budaya menabung adalah pilar kemajuan bangsa. Dan melalui program ini, budaya itu masuk lewat pintu lingkungan. Hebat sekali, karena masyarakat dilatih memilah sampah sambil menyiapkan aset masa depan,” tutur Tohom.
Baca Juga:
Tak Cukup Infrastruktur, MARTABAT Prabowo-Gibran Minta Pemerintah Cetak SDM Lewat SMK Pengolahan Sampah dan Energi
Ia mengapresiasi digitalisasi pengecekan saldo melalui aplikasi Pegadaian Peduli sebagai bentuk modernisasi layanan publik. Menurutnya, integrasi teknologi akan mendorong transparansi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
“Ketika proses jelas, digital, dan bisa dilacak, maka rakyat akan lebih percaya dan ikut dalam gerakan ini secara sukarela,” katanya.
Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini mengatakan bahwa aspek ketersediaan fasilitas harus menjadi perhatian berikutnya.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Dorong Seluruh Pemerintah Desa Bentuk Tim Kreativitas ‘Olah Sampah Jadi Kerajinan Tangan’
“Tidak semua cabang Pegadaian memiliki MSME, sehingga perlu pemetaan dan perluasan. Program strategis seperti ini memerlukan dukungan lintas sektor, dari pemerintah daerah, BUMN, hingga komunitas. Jangan sampai antusiasme publik terhambat akses,” tegasnya.
Ia menyarankan keterlibatan industri pengolahan sampah dan sektor perbankan untuk memperkuat ekosistem ekonomi hijau berbasis aset logam mulia ini.
Menurutnya, inisiatif ini sekaligus menjawab dua tantangan nasional: pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan peningkatan literasi investasi masyarakat.