WahanaNews.co | Ladang minyak raksasa, Blok Rokan, resmi kembali ke Ibu Pertiwi
mulai Senin (9/8/2021).
Hal ini ditandai alih kelola ladang
minyak itu, dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PT
Pertamina Hulu Rokan (PHR), yang merupakan anak usaha Pertamina.
Baca Juga:
Dukung Hilirisasi, PLN Siapkan Listrik Andal Untuk Smelter Freeport yang Baru Diresmikan Presiden Jokowi
Mengelola sendiri sumber-sumber
kekayaan alam Indonesia menjadi salah satu obsesi Presiden Jokowi.
Sebelumnya, Jokowi juga mewujudkan
janji politiknya dengan mengembalikan kekayaan alam yang
selama ini dikelola Freeport di Papua jadi milik Indonesia.
Butuh negosiasi alot dan waktu panjang
untuk mewujudkan hal tersebut, sebelum akhirnya terwujud.
Baca Juga:
Dukung Hilirisasi, PLN Siapkan Listrik Andal Untuk Smelter Freeport yang Baru Diresmikan Presiden Jokowi
Jokowi mengungkapkan hal itu dalam
sidang tahunan DPD RI pada 2018 lalu.
"Tidak sampai di situ saja, Blok
Migas Mahakam, Blok Migas Sanga-Sanga, Blok Migas Rokan, dan mayoritas saham
Freeport kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat," kata Jokowi dalam pidato di Sidang Tahunan DPD RI, Jakarta, Kamis
(16/7/2018).
Blok Rokan Andalan Produksi Minyak RI
Kini, saat
kontrak PT Chevron Pacific Indonesia di Blok Rokan berakhir, ladang minyak itu
pun resmi dikelola Pertamina.
Padahal,
sebelumnya, CPI juga berminat dan telah mengajukan perpanjangan kontrak.
Tapi, tawaran
pengelolaan yang diajukan Pertamina lebih menarik minat pemerintah.
"Blok kaya migas di Riau, Blok
Rokan, yang dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia akan berakhir masa
kontraknya pada tahun 2021. Atas dasar pertimbangan bisnis dan ekonomi,
pemerintah mempercayakan pengelolaan Blok Rokan kepada PT Pertamina (Persero)
dengan proposal pengajuan Signature Bonus sebesar USD 784 juta dan nilai
komitmen pasti USD 500 juta," kata Jokowi, seperti
dikutip dari akun Facebook.
Blok Rokan memiliki luas wilayah 6.220
km persegi.
Hingga saat ini, produksi minyaknya
masih melimpah di kisaran 162.000 barel per hari (bph) atau terbesar kedua
setelah Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur.
Di puncak kejayaannya, saat masih dikelola CPI, Blok Rokan pernah memproduksi hampir 1
juta barel per hari pada 1973.
Sedangkan rata-rata kontribusi
produksi Blok Rokan selama 70 tahun terakhir sekitar 46 persen dari produk
minyak bumi nasional.
Jejak Asing di Blok Rokan
Cerita-cerita emas itu, sayangnya, berlangsung saat Blok Rokan dikelola perusahaan asing asal AS.
Presiden Direktur PT Chevron Pacific
Indonesia, Albert Simanjuntak, mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang
diberikan pemerintah dalam mengelola Blok Rokan selama 97 tahun.
"Terima kasih atas kesempatan
yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan baik operasional maupun
kegiatan yang mendukung masyarakat selama hampir satu abad," kata Albert
di acara alih kelola Blok Rokan, Minggu (8/8/2021) malam.
Bahkan, jejak asing di Blok Rokan sudah bermula
dari proses survei dan eksplorasinya.
Sehingga, butuh
waktu hampir seabad untuk mengembalikan ladang minyak raksasa ini agar dikelola sendiri oleh Indonesia.
Berdasarkan catatan sejarah, Chevron
telah ada di Indonesia yang diawali kedatangan empat ahli geologi dari Standard Oil Company of California
(Socal) pada 1924.
Pada 1930-an, Socal bekerjasama dengan
Texaco yang akhirnya membentuk Caltex, menjadi cikal bakal perusahaan Chevron
Pasific Indonesia.
Kegiatan pencarian migas yang
dilakukan sejak era Kolonial Belanda tersebut baru memberikan hasil usai
penemuan lapangan Duri pada 1941, lalu disusul penemuan lapangan Minas pada
1944.
Kedua lapangan tersebut merupakan yang terbesar dengan
kualitas minyak terbaik dari total 115 lapangan produksi di Blok Rokan. [qnt]