WahanaNews.co | Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya memanfaatkan peluang dengan menggunakan perencanaan, visi, dan strategi besar yang taktis untuk dapat mencapai Indonesia Emas tahun 2045.
Hal itu disampaikan Presiden dalam sambutannya saat meluncurkan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 di Djakarta Theater, Kamis (15/06).
Baca Juga:
Ribuan Warga Hadir, Saat Jokowi Blusukan di Banyumas Dampingi Luthfi
Acara tersebut juga juga dihadiri oleh Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
“Kita harus bekerja keras memanfaatkan peluang ini. Kita harus punya perencanaan taktis, bukan perencanaan, tapi perencanaan taktis, visinya juga visi taktis. Punya strategi juga yang taktis karena kita berkompetisi dengan negara lain. Punya strategi besar tapi strategi taktis,” ucap Presiden.
Kepala Negara menuturkan bahwa peluang tersebut yakni bonus demografi yang akan dialami oleh Indonesia pada tahun 2030-an dengan jumlah penduduk usia produktif mencapai 68,3 persen dari total populasi. Peluang yang hanya terjadi satu kali dalam setiap peradaban sebuah negara tersebut, lanjut Presiden, harus dikelola dengan baik agar tidak menjadi bencana.
Baca Juga:
Pertemuan Hangat Presiden Prabowo dan Presiden ke-7 RI di Kota Surakarta
“Di sebuah negara di Afrika di 2015 juga mendapatkan bonus demografi tapi dalam 7 tahun justru yang terjadi pengangguran melonjak menjadi 33,6 persen. Saya tidak usah sebut negaranya mana tapi saya yakin Bapak, Ibu, dan Saudara-Saudara tahu, dan kita tidak ingin terjadi seperti itu,” tutur Presiden.
Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia memiliki peluang untuk menjadi lima besar ekonomi dunia. Presiden menyebut bahwa meskipun secara perhitungan angkanya sudah ada, tetapi tantangannya tidak mudah.
“Dari Bappenas saya sudah dengar kalkulasinya, dari McKinsey saya sudah dengar itungannya, dari IMF saya sudah dengar hitungannya, dari Bank Dunia World Bank saya sudah dengar hitungannya hampir mirip-mirip tetapi tantangannya itu juga tidak mudah,” ucap Kepala Negara.