"Boy bilang Pandu mau ikutan juga, lalu Pak Luhut mau ikutan, lalu ada yang lain-lain. Lalu saya bilang, jangan banyak-banyak, kalau banyak kita pusing," lanjutnya.
Arsjad mengungkapkan, saat rencana pendirian usaha pengadaan jasa tes PCR itu bergulir ada dua alternatif yang mengemuka, yakni apakah usaha tersebut akan berbentuk yayasan atau perseroan terbatas (PT).
Baca Juga:
Menko Luhut: Terbukti Terima Duit, Saya Mundur!
Arsjad mengakui dirinya yang memiliki usul mendirikan PT.
Pertimbangannya yakni soal keberlanjutan usaha tersebut.
Menurutnya, apabila berbentuk yayasan maka akan fokus hanya untuk menangani Covid-19 saja.
Baca Juga:
Dituding Terlibat Bisnis PCR, Menko Luhut Siap Diaudit
"Karena untuk sustainability. Nah, actually saya pushing buat kewirausahaan khususnya kewirausahaan sosial. Seperti yang ada di AS, UK, Singapura. Jadi social enterprise," jelas Arsjad.
"Saya bilang kalau boleh, kita PT saja ya. Tapi kita buat karakteristiknya PT sosial supaya kita bisa berikan percontohan juga nanti untuk entitas sosial," lanjutnya.
Artinya, kata Arsjad, perusahaan yang memiliki aktivitas dan misi sosial tertentu, tetapi memiliki pengaruh secara sosial dengan dikelola secara perusahaan.