WahanaNews.co | Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Arsjad Rasjid, mengungkapkan soal proses awal berdirinya PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).
Arsjad dan sejumlah rekannya mendirikan perusahaan penyedia jasa pemeriksaan Covid-19 itu.
Baca Juga:
Menko Luhut: Terbukti Terima Duit, Saya Mundur!
Menurut Arsjad, saat merencanakan pembentukan perusahaan, dia tidak berbicara dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, maupun Menteri BUMN, Erick Thohir.
Saat itu, dia mengaku menghubungi Garibaldi (Boy) Thohir.
"Saya bilang, Boy ikutan mau enggak ini? Kami tidak ngomong angka, tidak ngomong apa. Langsung (Boy) menyatakan oke saya ikutan," ujar Arsjad, dalam sesi wawancara secara virtual bersama KG Media, Minggu (7/11/2021) malam.
Baca Juga:
Dituding Terlibat Bisnis PCR, Menko Luhut Siap Diaudit
"I have no communication with Pak Luhut waktu pertama kali. Sama Erick sama sekali tidak ada. I dont think Erick juga tahu (soal rencana pendirian)," kata dia.
Setelah itu, Arsjad mengatakan, ada sejumlah nama yang menyatakan ingin ikut dalam rencana tersebut.
Arsjad menyebutkan nama Pandu dan Luhut.
"Boy bilang Pandu mau ikutan juga, lalu Pak Luhut mau ikutan, lalu ada yang lain-lain. Lalu saya bilang, jangan banyak-banyak, kalau banyak kita pusing," lanjutnya.
Arsjad mengungkapkan, saat rencana pendirian usaha pengadaan jasa tes PCR itu bergulir ada dua alternatif yang mengemuka, yakni apakah usaha tersebut akan berbentuk yayasan atau perseroan terbatas (PT).
Arsjad mengakui dirinya yang memiliki usul mendirikan PT.
Pertimbangannya yakni soal keberlanjutan usaha tersebut.
Menurutnya, apabila berbentuk yayasan maka akan fokus hanya untuk menangani Covid-19 saja.
"Karena untuk sustainability. Nah, actually saya pushing buat kewirausahaan khususnya kewirausahaan sosial. Seperti yang ada di AS, UK, Singapura. Jadi social enterprise," jelas Arsjad.
"Saya bilang kalau boleh, kita PT saja ya. Tapi kita buat karakteristiknya PT sosial supaya kita bisa berikan percontohan juga nanti untuk entitas sosial," lanjutnya.
Artinya, kata Arsjad, perusahaan yang memiliki aktivitas dan misi sosial tertentu, tetapi memiliki pengaruh secara sosial dengan dikelola secara perusahaan.
Lebih lanjut Arsjad menjelaskan, pada awal pandemi Covid-19 di Indonesia dirinya dan rekan-rekannya sempat mengalami lamanya menunggu hasil tes RT PCR.
Dia menyebutkan, saat itu menunggu hasil tes PCR bisa sampai 10 hari.
Dia pun sempat berkomunikasi dengan Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 saat itu, Doni Monardo, untuk membahas perihal tes Covid-19 di Indonesia.
"Waktu itu saya diskusi sama Pak Doni. Salah satu yang jadi masalah di Indonesia saat itu adalah testing PCR. Kita dulu masih sedikit sekali. Pada saat itu hanya 10.000 untuk seluruh Indonesia," ungkapnya.
Pembicaraan saat itu pun berlanjut dengan kesepakatan untuk membantu menyediakan jasa tes PCR di Indonesia.
Arsjad menuturkan, saat itu dia sempat pula bertemu dengan profesor dari Oxford yang sedang berkunjung ke Indonesia.
Dari pertemuan itu, pihaknya mendapatkan penjelasan mengenai pandemi Covid-19 dan tes PCR.
"Lalu kami cek siapa saja yang punya teknologi PCR waktu itu, ada China, AS, Eropa dan lain-lain. Kita akhirnya mencari akses untuk mencari mesin itu (PCR)," kata Arsjad.
"Kita lalu mikir ini suatu yang akan diberikan. Tapi mau diberikan ke mana? Apa Kemenkes atau mana. kami mikir waktu itu kalau kita beli sesuatu lalu diberikan, biasanya suka saja hilang, atau tidak jalan lagi atau bagaimana," lanjutnya.
Sehingga, saat itu pihaknya berpikir jika penyediaan jasa tes PCR dilakukan mereka sendiri saja.
"Tapi waktu itu mikirnya for social things," tambah Arsjad.
Sebagaimana diketahui, keberadaan PT GSI mendapat sorotan publik karena dua menteri Kabinet Indonesia Maju dikaitkan dengan kepemilikan bisnis tes PCR, yakni Luhut dan Erick Thohir.
Keduanya dikaitkan dengan kepemilikan saham di PT GSI, salah satu pemain besar dalam penyediaan tes PCR dan antigen.
GSI merupakan perusahaan baru yang didirikan tak lama setelah pandemi Covid-19 merebak pada 2020.
Sejumlah pengusaha besar ikut patungan untuk membuat PT GSI.
Bisnis utama dari PT GSI yakni menyediakan tes PCR dan swab antigen. [qnt]