WAHANANEWS.CO - Presiden Prabowo Subianto resmi memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto. Pihak keluarga menyatakan menerima dengan lapang dada berbagai tanggapan publik, baik yang pro maupun kontra atas keputusan tersebut.
Upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional digelar di Istana Presiden, Jakarta. Hadir mewakili keluarga besar Soeharto yaitu Siti Hardijanti Hastuti Rukmana atau Tutut Soeharto, Bambang Trihatmodjo, dan Siti Hediati Hariyadi atau Titiek.
Baca Juga:
Tanggapi Polemik Gelar Pahlawan untuk Soeharto, Jokowi Minta Publik Hargai Keputusan Pemerintah
Usai upacara, Titiek bersama putranya Didit Hediprasetyo menghampiri Bambang dan Tutut. Mereka tampak saling bersalaman dan berpelukan hangat dengan raut wajah haru setelah Soeharto resmi ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Dalam penganugerahan kali ini, pemerintah menetapkan sepuluh tokoh sebagai Pahlawan Nasional 2025. Mereka adalah:
K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) — Bidang Perjuangan Politik dan Pendidikan Islam.
Baca Juga:
Respons Jokowi Soal Soeharto dan Gus Dur Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto — Bidang Perjuangan Bersenjata dan Politik.
Marsinah — Bidang Perjuangan Sosial dan Kemanusiaan.
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja — Bidang Perjuangan Hukum dan Politik.
Hajjah Rahmah El Yunusiyyah — Bidang Perjuangan Pendidikan Islam.
Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo — Bidang Perjuangan Bersenjata.
Sultan Muhammad Salahuddin — Bidang Perjuangan Pendidikan dan Diplomasi.
Syaikhona Muhammad Kholil — Bidang Perjuangan Pendidikan Islam.
Tuan Rondahaim Saragih — Bidang Perjuangan Bersenjata.
Zainal Abidin Syah — Bidang Perjuangan Politik dan Diplomasi.
Menanggapi perdebatan di masyarakat, Tutut Soeharto menyebut hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar di negara demokrasi. “Masyarakat Indonesia itu kan macam-macam ya, ada yang pro ada yang kontra, itu wajar-wajar saja,” ujarnya di Istana Negara, Senin (10/11/2025).
Tutut mengajak publik melihat sisi perjuangan sang ayah yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun. “Yang pentingkan kita melihat apa yang telah dilakukan bapak saya dari sejak muda sampai beliau wafat, itu semua perjuangan untuk negara dan masyarakat Indonesia,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan agar perbedaan pandangan tidak menimbulkan perpecahan. “Jadi boleh-boleh saja kontra, tapi juga jangan ekstrem, yang penting kita jaga persatuan dan kesatuan,” tambahnya.
Di kesempatan yang sama, Tutut menyampaikan terima kasih kepada Presiden Prabowo atas penganugerahan tersebut. “Kami tadi sampaikan terima kasih kepada Bapak Presiden dan masyarakat Indonesia, kepada seluruh yang telah mendukung. Untuk yang kontra dan belum mendukung kami juga keluarga tidak merasa dendam, kecewa atau gimana. Memang negara kita kan kesatuan, banyak macam-macamnya ya monggo-monggo saja,” kata Tutut.
Tutut menilai Prabowo sebagai sosok yang memahami perjuangan Soeharto berkat latar belakang militernya. Ia meyakini keputusan pemberian gelar itu lahir dari pertimbangan matang dan banyak aspirasi masyarakat.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]