Usai pelepasan ekspor, Merry juga mengunjungi pameran produk-produk DSA lainnya dan gudang penyimpanan produk rumput laut guna melihat potensi yang dapat terus didorong pengembangannya serta menyusun strategi atas tantangan yang dihadapi pelaku usaha.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama lima tahun terakhir (2017-2021), ekspor produk rumput laut Indonesia tumbuh dengan tren sebesar 5,69 persen. Pada 2021 nilai ekspornya tercatat sebesar USD 223,8 juta atau meningkat 22,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya (YoY).
Baca Juga:
Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kemendag: Pada 2025, Ekspor Perlu Tumbuh 7-10 Persen
Sedangkan untuk periode Januari-Juni 2022 nilai ekspor produk rumput laut Indonesia mencapai Rp193,4 juta atau meningkat 102,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY) dengan pasar ekspor utama adalah Tiongkok, Amerika Serikat, Korea Selatan, Prancis, dan Vietnam.
Untuk minyak atsiri, selama lima tahun terakhir juga tumbuh dengan tren sebesar 10 persen. Pada 2021, ekspor minyak atsiri mencapai USD 248,4 juta atau meningkat 15,1 persen (YoY). Pasar ekspor utama untuk komditas tersebut adalah Amerika Serikat, India, Prancis, Singapura, dan Spanyol.
Namun demikian, Indonesia masih termasuk dalam kelompok enam besar negara pengekspor minyak atsiri
terbesar di dunia setelah India, Amerika Serikat, Prancis, Tiongkok, dan Brasil.
Baca Juga:
Cumi Beku dan Produk Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona di Pameran Boga Bahari Korea Selatan
Sedangkan ekspor produk perikanan Indonesia selama lima tahun terakhir juga tumbuh dengan tren sebesar 3,91 persen. Pada 2021, tercatat nilai ekspor produk perikanan Indonesia sebesar USD 4,05 miliar atau meningkat 6,9 persen (YoY).
Pada periode Januari-Juni 2022 tercatat nilai ekspor produk perikanan Indonesia sebesar USD 2,18 miliar atau meningkat 19,9 persen (YoY). Pasar ekspor utama komoditas tersebut adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Vietnam, dan Malaysia. [JP]