"Jadi, bagaimana kita memberikan pelayanan kepada anak, sehingga materi-materi pelajaran itu menjadi alat. Dan yang penting, bagaimana anak bisa berkembang dari waktu ke waktu," sambung Zulfikri.
Sementara itu, sebelum pandemi Covid-19, perbedaannya diantaranya materi pembelajaran terlalu banyak, tugas-tugas anak terlalu banyak dan dari segi administrasi pun pengelolaan pembelajaran guru masih banyak dibebani administrasi.
Baca Juga:
Komisi IV DPRD Kalsel Kritisi Ketimpangan Pemberian BOS
"Nah kalau di kurikulum merdeka itu yang kita simple kan. Materinya fokus kepada materi esensial dan sekolah bisa memilih materi esensial yang sesuai dengan kebutuhan anak," ungkapnya.
Adapun kendala yang dihadapi, tambah Zulfikri, diantaranya ada pada kebiasaan belajar yang masih terfokus kepada materi kurikulum. Karena selama ini, guru sangat khawatir kalau materi tidak habis disampaikan.
"Tapi kami mengutamakan kemampuan anak, materi bisa disesuaikan. Itu untuk mengubah kebiasaan dan kemudian untuk mengubah dalam kebiasaan assessment. Jadi, assessment selama ini lebih cenderung untuk memvonis anak dan menilai anak dalam bentuk angka. Sekarang lebih kepada mengetahui apa yang dibutuhkan anak dalam belajar berikutnya," tuturnya. [sdy]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.