"Ini kita sudah mulai supaya masyarakat bisa melihat 'Oh kalau kita tinggal disini itu kira-kira gempa apa yang dominan terjadi?', nah sehingga karakter-karakter [bangunan] nya seperti apa, itu bisa dilihat dari situ," jelasnya.
Tak hanya untuk perencanaan, peta deagregasi juga digunakan untuk evaluasi berulang dengan periode beragam mulai dari 100 tahun, 500 tahun, hingga 10.000 tahun.
Baca Juga:
Gempa M 6,4 Guncang Gorontalo Dini Hari, BMKG: Tak Ada Ancaman Tsunami
Dia mencontohkan, untuk bangunan bendungan yang tidak boleh rusak sama sekali bahkan dalam kondisi gempa yang kuat. Sebab, dampaknya akan luar biasa besar jika terjadi kerusakan di infrastruktur tersebut.
Evaluasi juga dilakukan kepada bangunan monumental untuk mengetahui ketahanan gempa di sekitar lokasi tersebut. Dengan mengetahui potensi gempa, maka dapat dilakukan pembaruan agar bangunan kokoh dari goncangan. [ast]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.