WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkapkan, 50 persen kejadian keracunan pangan di Indonesia diakibatkan oleh bakteri Escherichia coli (E. coli).
Menurutnya, cemaran E. coli disebabkan oleh air yang digunakan untuk memasak. "Setiap SPPG sekarang diminta untuk menggunakan sterilisasi food tray, terutama yang berbahan seperti lemari dan memiliki uap panas yang bisa sampai 120 derajat, sehingga food tray bisa cepat dikeringkan, dan juga steril," ujar Dadan saat menghadiri rapat bersama Komisi IX DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (12/11/2025) melansir Kompas.com.
Baca Juga:
125 Orang Diduga Keracunan Massal di Lembang Usai Menyantap Makan Bergizi Gratis
"Dari hasil kajian Kemenkes, banyak kejadian keracunan pangan di Indonesia, 50 persen disebabkan cemaran E. coli yang disebabkan oleh air," sambungnya.
Walhasil, Dadan mewajibkan seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk memasak dengan air kemasan atau air isi ulang.
Lalu, mereka juga diharuskan memiliki alat untuk mensterilkan air yang dipakai untuk memasak menu MBG.
Baca Juga:
Wabup Toba Audi Murphy Sitorus Kunjungi Puluhan Pelajar Terkapar di RS Akibat Dugaan Keracunan MBG
"Maka seluruh SPPG sekarang diminta untuk menggunakan air untuk masak yang tersertifikasi, baik itu air dalam kemasan, maupun air isi ulang, tapi memiliki peralatan untuk bisa mensterilkan air tersebut," jelas Dadan.
Sementara itu, Dadan menyebut, sudah ada 1.619 dapur MBG yang memiliki Sertifikat Laik Higienis dan Sanitasi (SLHS). Proses penerbitan SLHS sendiri bergantung pada kecepatan dari pemda masing-masing.
"Kecepatan penerbitan sertifikatnya tergantung dari pemda masing-masing, ada yang sangat cepat, ada yang masih membutuhkan waktu. Tetapi praktik terkait penerapan aspek higienis sudah diperketat lebih intens dalam juknis terbaru," imbuh Dadan.
[Redaktur: Alpredo Gultom]