WAHANANEWS.CO, Jakarta - Bagi umat Katolik, Rabu Abu merupakan awal dari masa Prapaskah, periode 40 hari yang penuh refleksi, pertobatan, dan pembaruan diri sebelum merayakan Paskah, hari kebangkitan Yesus Kristus dari kematian dan dosa.
Yang perlu diingat adalah perayaan ini bukan sekadar tradisi, tetapi pengingat akan kefanaan manusia serta kesempatan untuk kembali mendekatkan diri kepada Tuhan.
Baca Juga:
5 Profil Kardinal Disebut-sebut Jadi Kandidat Kuat Pengganti Paus Fransiskus
Setiap tahun, umat Katolik di seluruh dunia mengikuti misa Rabu Abu, di mana mereka menerima tanda salib dari abu di dahi mereka. Prosesi ini memiliki makna mendalam yang telah berlangsung selama ribuan tahun.
Makna Rabu Abu
Dikutip dari Kompas.com (04/03/2025), berdasarkan buku Memahami Rabu Abu, Prapaskah, dan Minggu Palma (2017) karya I. Marsana Windhu, masa Prapaskah dimulai pada Rabu Abu.
Baca Juga:
Kondisi Terkini Paus Fransiskus yang Dirawat di RS, Seluruh Dunia Bersatu Berdoa untuk Kesehatan
Sejarahnya berawal dari kebiasaan orang Yahudi yang berpuasa pada hari Senin dan Kamis.
Dalam kitab Didache, yang berisi ajaran 12 rasul, disebutkan bahwa umat Kristen mula-mula berpantang dan berpuasa pada hari Rabu dan Jumat.
Dari kebiasaan inilah Rabu Abu menjadi hari puasa dan pantang bagi umat Katolik.
Abu dalam tradisi Katolik melambangkan kefanaan manusia. Hal ini tercermin dalam Kitab Kejadian yang menyatakan: "Sebab engkau debu dan akan kembali menjadi debu." (Kejadian 3:19).
Abu juga menggambarkan kelemahan serta dosa manusia, sehingga penggunaannya dalam Rabu Abu menandai awal masa pertobatan.
Menariknya, abu yang digunakan dalam Rabu Abu bukan sembarang abu. Abu ini berasal dari pembakaran daun palma yang telah diberkati pada Minggu Palma tahun sebelumnya.
Ini menunjukkan hubungan antara kemenangan Yesus saat memasuki Yerusalem (Minggu Palma) dengan pengorbanan-Nya di kayu salib (Paskah).
Dengan menerima abu, umat Katolik menyatakan kesiapan mereka untuk memulai perjalanan pertobatan, meninggalkan dosa, dan menjalani hidup yang lebih baik.
Rabu Abu dalam Kehidupan Sehari-hari
Melansir dari laman resmi Keuskupan Agung Semarang, Rabu Abu bukan hanya tentang menghadiri misa dan menerima tanda abu di dahi.
Ini adalah awal dari perjalanan spiritual menuju Paskah, di mana umat Katolik diajak untuk lebih dekat dengan Tuhan melalui tiga praktik utama dalam Masa Prapaskah yakni:
1. Doa – Memperbanyak doa pribadi dan doa bersama untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
2. Puasa dan Pantang – Menahan diri dari makanan atau kebiasaan tertentu sebagai bentuk pengorbanan.
3. Amal Kasih – Berbagi dengan sesama, terutama mereka yang membutuhkan.
Menghidupi Makna Rabu Abu Rabu Abu bukan sekadar ritual tahunan dalam Gereja Katolik.
Perayaan Rabu Abu di Gereja Trinitas Cengkareng. [WAHANANEWS / ANTONIUS]
Ini adalah panggilan bagi setiap umat untuk merenungkan hidup mereka, bertobat, dan kembali kepada Tuhan dengan hati yang bersih.
Dengan menerima abu, umat Katolik diingatkan bahwa hidup di dunia ini bersifat sementara, tetapi kasih dan pengampunan Tuhan adalah kekal.
Oleh karena itu, Masa Prapaskah menjadi kesempatan untuk memperbaiki diri, berbuat lebih banyak kebaikan, dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Pantang dan Puasa
Masa Prapaskah selalu dihubungkan dengan sebuah tindakan konkret, yakni pantang. Berpantang berarti hidup lebih sederhana dan memberi makan kepada saudara saudari yang berkekurangan.
Pantang memiliki dimensi sosial atau cinta kasih kepada sesama. Kesederhanaan hidup dan kasih kepada sesama yang berkekurangan merupakan contoh hidup Yesus sendiri.
Hari Wajib Puasa: Rabu Abu (5 Maret 2025), Jumat Agung (18 April 2025). Pada tanggal ini, umat Katolik yang berusia dewasa wajib berpuasa. Mereka hanya makan sekali sehari.
Hari Wajib Pantang: Setiap hari Jumat selama Prapaskah yaitu pada Jumat tanggal 7, 14, 21, 28 Maret 2025 dan Jumat tanggal 4, 11, dan 18 April 2025.
Pada hari-hari ini, umat Katolik diwajibkan berpantang. Berpantang dari daging dan menggantinya dengan makanan sederhana.
Berpantang dari hal-hal selera duniawi selama ini.
Puasa Kristen Protestan dan Katolik memiliki perbedaan dalam hal aturan dan praktiknya. Perbedaan cara Protestan dan Katolik berpuasa terletak pada jangka waktu puasa dan tata cara berpuasa.
Sebelumnya, persamaan cara mereka berpuasa dapat dilihat pada inti dari berpuasa itu sendiri yaitu menahan lapar dan haus pada hari dan waktu tertentu.
Persamaan lainnya dari umat katolik dan Kristen Protestan berpuasa juga sama yaitu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Walau memiliki makna yang kurang lebih sama, namun ada perbedaan dalam menjalankan puasa bagi umat Katolik dan Protestan.
Puasa dan Pantang dalam Masa Prapaskah Bagi Umat Katolik
Gereja Katolik mewajibkan umatnya untuk menjalankan puasa dan pantang pada hari-hari tertentu selama Masa Prapaskah. Berikut adalah aturan utama.
Umat katolik wajib berpusa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung.
Umat katolik memilik beberapa syarat untuk mengikuti puasa antara lain:
1. Yang wajib berpuasa adalah orang yang sudah berumur antara 18 tahun sampai dengan 60 tahun, selain itu tidak diwajibkan untuk berpuasa.
2. Dalam menjalankan puasa orang katolik hanya diperbolehkan makan sekali kenyang, boleh saat pagi, siang, atau malam.
3. Melakukan Pantang pada hari jumat selama masa prapaskah
Selain menjalankan puasa umat katolik juga menjalankan pantang pada masa prapaskah.
Umat katolik yang wajib menjalankan pantang adalah umat yang berumur 14 tahun keatas.
Khusus umat katolik se-Indonesia, mereka menjalankan pantang setiap hari jumat sepanjang tahun tujuannya sebagai penebusan atas dosa mereka.
Jenis pantang setiap umat katolik berbeda beda, tergantung dari kebiasaan dan kesukaan umat itu sendiri.
Jenis pantang yang sangat sering dipilih adalah pantang pada makanan dan minuman yang mereka sukai. Contohnya seperti pantang makan daging.
Adapula yang memilih untuk pantang mengurangi aktivitas yang sering dilakukan contohnya seperti mengurangi rokok, berbelanja online, dan lain-lain.
Hari Wajib Puasa:
Rabu Abu (5 Maret 2025) dan Jumat Agung (18 April 2025). Pada tanggal ini, umat Katolik yang berusia dewasa wajib berpuasa. Mereka hanya makan sekali sehari.
Hari Wajib Pantang:
Rabu Abu (5 Maret 2025), dan setiap hari Jumat selama Prapaskah yaitu Jumat tanggal 7, 14, 21, 28 Maret 2025. Dan Jumat tanggal 4, 11, dan 18 April 2025.
Pada hari-hari ini, umat Katolik diwajibkan berpantang. Berpantang dari daging dan menggantinya dengan makanan sederhana. Berpantang dari hal-hal selera duniawi selama ini.
Berikut Kalender Prapaskah 2025:
Rabu Abu: 5 Maret 2025
Hari Minggu Prapaskah I: 9 Maret 2025
Hari Minggu Prapaskah II: 16 Maret 2025
Hari Minggu Prapaskah III: 23 Maret 2025
Hari Minggu Prapaskah IV: 30 Maret 2025
Hari Minggu Prapaskah V: 6 April 2025
Minggu Palma: 13 April 2025
Kamis Putih: 17 April 2025
Jumat Agung: 18 April 2025
Sabtu Suci: 19 April 2025
HARI RAYA PASKAH: 20 April 2025
PASKAH diperingati pada 20 April 2025.
[Redaktur: Zahara Sitio]