WAHANANEWS.CO, Jakarta - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran mendorong pemerintah desa di seluruh Indonesia agar mengalokasikan sebagian dana Koperasi Desa Merah Putih untuk pembangunan bank sampah.
Seruan ini disampaikan sebagai respons terhadap percepatan pembentukan Koperasi Merah Putih di berbagai daerah, yang dinilai sebagai momentum strategis untuk memperkuat ekonomi kerakyatan sekaligus memperbaiki tata kelola lingkungan hidup desa.
Baca Juga:
BK Berperan Strategis sebagai Mitra Polri Dalam Membentuk Karakter dan Mental Generasi Muda di tengah Tantangan Era Digital
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menyampaikan bahwa koperasi desa saat ini telah memiliki basis kelembagaan yang kuat sehingga perlu diarahkan pada program-program berkelanjutan yang berdampak langsung bagi masyarakat.
Menurutnya, bank sampah adalah salah satu model usaha yang tidak hanya produktif, tetapi juga menciptakan nilai sosial, ekonomi, dan lingkungan.
“Ketika koperasi-koperasi Merah Putih sudah berdiri, saatnya kita memastikan mereka memiliki unit usaha yang relevan dengan masa depan. Bank sampah adalah jawabannya,” ujar Tohom.
Baca Juga:
Indonesia Peringkat 2 Sampah Plastik Dunia, MARTABAT Prabowo-Gibran Dorong 3 Raksasa Penyumbang Sampah Jadi Penggerak Energi Listrik
Tohom menilai bahwa capaian seperti yang terjadi di Kota Palembang -- di mana pembentukan 107 Koperasi Merah Putih telah rampung 100 persen -- harus menjadi inspirasi nasional.
Dengan percepatan ini, koperasi desa memiliki peluang besar untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
“Di Palembang, kita melihat bagaimana koperasi bisa tumbuh dari embrio usaha rakyat menjadi struktur ekonomi yang kuat. Desa-desa lain juga bisa meniru model ini, namun perlu satu fondasi penting: ekosistem ekonomi sirkular melalui bank sampah,” katanya.
Tohom menjelaskan bahwa bank sampah bukan sekadar tempat penampungan sampah, tetapi aset ekonomi desa yang bisa mendorong gerakan daur ulang, menciptakan lapangan kerja, hingga membuka rantai pasok baru bagi UMKM.
Bank sampah juga dapat menjadi pintu masuk edukasi lingkungan yang terintegrasi dengan program energi bersih, pemberdayaan perempuan, dan pemuda desa.
“Kita hidup di era ketika sampah punya nilai. Desa yang mampu mengelola sampahnya secara mandiri akan lebih mandiri secara ekonomi. Ini bukan wacana romantis, ini bisnis masa depan,” tegasnya.
Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini menambahkan bahwa desa-desa Indonesia membutuhkan transformasi pengelolaan sumber daya.
Bank sampah dapat menjadi fondasi bagi program energi hijau desa, seperti produksi pelet biomassa, eco-enzyme, hingga pemanfaatan sampah organik untuk kompos.
“Desa membutuhkan diversifikasi energi dan diversifikasi ekonomi sekaligus. Bank sampah adalah simpul strategisnya. Jika desa ingin berdaulat dan berkelanjutan, maka pengelolaan sampah harus naik kelas menjadi unit usaha resmi koperasi. Ini era ekonomi baru. Desa harus menjadi pemain utama, bukan lagi penonton,” tutup Tohom.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]