Tohom menambahkan, MARTABAT Prabowo-Gibran melihat perlunya peran aktif masyarakat dan komunitas lokal dalam mendukung program pemerintah, termasuk dalam hal pengelolaan bank sampah, daur ulang plastik, dan komposting rumah tangga.
Menurutnya, keberhasilan pengelolaan sampah di negara-negara maju diawali dari disiplin individu dan kolaborasi publik-swasta yang solid.
Baca Juga:
Percepat Ubah Sampah Jadi Energi Listrik, MARTABAT Prabowo-Gibran Dorong 3 Pemda dan Pemprovsu di Kawasan Metropolitan Mebidang Kolaborasi
“Di Jepang, orang sudah memilah sampah sejak dari rumah. Di Indonesia, ini belum menjadi kebiasaan karena minimnya edukasi dan tidak adanya konsistensi dalam penerapan sanksi. Padahal, budaya tertib itu bisa dimulai dari rumah, dari lingkungan RT, lalu meluas ke kota,” ucapnya menambahkan.
Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini menyoroti potensi besar proyek-proyek PSEL seperti yang dikembangkan di Palembang, Surabaya, dan Solo, yang bukan hanya mampu mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tetapi juga bisa menjadi sumber energi baru terbarukan (EBT) bagi kebutuhan nasional.
Namun, ia mengingatkan agar setiap proyek tersebut tidak lepas dari pengawasan lingkungan yang ketat.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Sambut Langkah Pemerintah Bentuk Tim PSEL Nasional
“Energi dari sampah memang menjanjikan, tapi jangan sampai melahirkan masalah baru seperti emisi berbahaya. Pemerintah harus memastikan setiap teknologi yang digunakan memiliki sistem kontrol emisi yang sesuai standar internasional,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, visi besar Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam membangun Indonesia Maju harus mencakup dimensi ekologi berkelanjutan, di mana pengelolaan sampah tidak hanya menyentuh aspek ekonomi, tetapi juga kesehatan publik dan kualitas hidup masyarakat.
“Prinsipnya sederhana: bumi ini bukan warisan nenek moyang, tapi titipan untuk anak cucu. Jadi, mengelola sampah dengan benar adalah bentuk cinta pada masa depan bangsa,” tuturnya.