WahanaNews.co | Komisi Penyiaran Informasi Daerah (KPID) mengungkap kesiapan penutupan siaran TV analog tahap pertama di selusin daerah di Jawa Barat per 30 April 2022.
Berdasarkan hasil pantauan di lapangan, banyak masyarakat yang masing bingung tentang TV digital.
Baca Juga:
Cara Cek Jangkauan Sinyal TV Digital
“Antara digitalisasi terestrial versi analogue switch-off (ASO) dengan digital yang berbasis Internet atau OTT (over the top),” kata Ketua KPID Jabar, Adiyana Slamet, kepada wartawan, Senin (25/4/2022) malam.
Menurut Adiyana, siaran televisi digital terkait dengan penutupan siaran analog, tetap menggunakan antena.
“Tapi antenanya tidak perlu tinggi-tinggi,” ujarnya.
Baca Juga:
Tantangan dan Harapan di Balik Peralihan Analog Switch Off (ASO)
Agar bisa menangkap siaran digital, televisi di rumah perlu tambahan alat set top box (STB).
Pada sebagian televisi, misalnya buatan 2017 ke atas, ujarnya, sudah ada perangkat televisi digitalnya sehingga tidak perlu set top box.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah akan menutup siaran televisi analog seperti yang berjalan sekarang secara bertahap.
Sebanyak 341 kabupaten dan kota akan berpindah ke siaran televisi digital.
Kementerian Komunikasi dan Informatika membagi tiga tahapan migrasi itu mulai 30 April 2022 di 56 wilayah layanan siaran di 166 kabupaten dan kota.
Sebanyak 12 kota dan kabupaten diantaranya berada di Jawa Barat.
Wilayahnya meliputi Kabupaten Garut, Cirebon, Kuningan, Kota Cirebon, Ciamis, Pangandaran, Tasikmalaya, Kota Banjar, Kota Tasikmalaya, Cianjur, Majalengka, dan Sumedang.
Tahap kedua ASO paling lambat 25 Agustus 2022 di 31 wilayah layanan siaran di 110 kabupaten dan kota.
Sedangkan tahap ketiga pada 2 November 2022 di 25 wilayah layanan siaran di 65 kabupaten dan kota.
Menurut Adiyana, KPID Jabar melakukan riset kesiapan masyarakat dan lembaga penyiaran terkait ASO bersama tim dari Fakulitas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran dan program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pasundan, Bandung.
“Dua-duanya siap, masyarakat dan lembaga penyiaran, walaupun ada beberapa catatan,” ujarnya.
Catatan itu misalnya kesiapan masyarakat tidak diimbangi dengan pengetahuan teknis tentang pemasangan set top box.
Kemudian soal pendataan warga pra sejahtera yang akan mendapat set top box gratis.
“Lalu area blankspot, di Jawa Barat kan banyak titik yang blankspot terestrial, tidak bisa menangkap siaran televisi dengan antenna,” kata Adiyana.
Sementara di kalangan lembaga penyiaran yang berjumlah 22 televisi lokal di Jawa Barat, masih ada beberapa yang keberatan soal harga sewa multiplexing, yaitu teknik menggabungkan beberapa frekuensi untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi.
“Catatan-catatan dari riset itu menjadi masalah yang sering muncul ketika kami sosialisasi dan simulasi set top box di 27 kota dan kabupaten di Jawa Barat,” kata Adiyana.
Menurut dosen Jurnalistik dan Penyiaran Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung, Nursyawal, warga di 12 kota dan kabupaten di Jawa Barat belum siap seluruhnya menghadapi penutupan siaran televisi analog.
Dari sisi produsen siaran, yang siap yaitu mereka yang selama ini menguasai pangsa pasar siaran televisi.
“Keberadaan pemancar mereka juga tidak ada di seluruh 12 wilayah ASO,” katanya, Senin (25/4/2022). [gun]